Sabtu, 09 Maret 2013
Zaman Renaissance
Zaman Renaisans adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani.
Zaman renaissance ini sering juga di sebut sebagai
zaman humanisme. Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad
pertengahan. Pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai
manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan
menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah
dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berfikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan
dunia. Jadi ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme lepas dari
Agama (tidak mau di atur oleh agama), empirisme (zaman kebebasan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan) dan rasionalisme (kebebasan dalam mengembangkan
fikiran).[3]
Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai
suatu gerakan kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak
dipengaruhi oleh ide-ide baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist
merupakan gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik
Internasional yang penuh hiasan.
Menurut Prancis Michel De Certeau renaissance muncul
karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang
terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali dan
manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual dengan
cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan, khotbah-khotbah
bertarget dengan menggunakan citra-citra dan teladan-teladan dan sebagainya
yang diambil dari pemikiran budaya klasik sehingga dapat mempersatukan kembali
gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang
yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad
Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya sistem
stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk
melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk
kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya
sendiri dan menjadi fokus pada kemajuan diri sendiri. Antroposentrisme menjadi
pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu
adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat
Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.[4]
2.2 Tokoh-tokoh Zaman
Renaissance
Setiap gerakan baik besar atau kecil akan
menghasilkan tokoh-tokoh yang tidak akan lepas dari sejarah pergerakan
tersebut. Begitu pula renaissance, gerakan yang mampu mengubah cara berfikir
eropa menjadi lebih maju dan modern juga mempunyai tokoh yang harus kita
ketahui bersama. Pada zaman renaissance terdapat tokoh di berbagai bidang, baik
itu di bidang seni dan budaya, ilmu pengetahuan, penjelajahan, ataupun di
bidang filsafat. Diantara tokoh-tokoh tersebut adalah:
1. Niccollo
Machiavelly
Machiavelly lahir pada tahun 1469 di Florence,
meninggal dunia tahun 1527 pada umur 58 tahun, ayahnya adalah seorang ahli
hukum, tergolong anggota keluarga terkemuka tetapi tidak begitu berada. Machiavelly
hidup pada saat puncak kejayaan renaisaans di Italia, dan pada saat itu
italia masih terbagi-bagi dalam negara-negara kecil, berbeda dengan negara yang
bersatu seperti Prancis, Spanyol atau Inggris. Karena itu tidak mengherankan
jika pada masa ini Italia lemah secara militer meskipun briliant dalam segi kultur.
Di kala Michiavelly muda, Florence diperintah oleh
penguasa Medicine yang mashur, Lorenzo. Setelah Lorenzo meninggal dunia tahiun
1492, beberapa tahun kemudian penguasa Medicini diusir dari Florence. Florence
menjadi Republik (Republic Forentine). Pada tahun 1498, Machiavelli yang
berumur dua puluh sembilan tahun, memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan
sipil Florence. Selama empat belas tahun setelah itu dia mengabdi kepada
Republik Florentine dan terlibat dalam berbagai misi diplomasi atas namanya,
melakukan perjalanan ke prancis, jerman, dan di dalam negeri italia.
Tahun 1512, Repuplik Forentine digulingkan dan
penguasa Medicine kembali memegang tampuk kekuasaan, Machiavelly di pecat dari
posisinya, dan di tahun berikutnya dia ditahan atas tuduhan terlibat dalam
komplotan melawan penguasa Medicine. Meski disiksa ia tetap bertahan menyatakan
tidak bersalah dan akhirnya di bebaskan pada tahun itu juga. Sesudah itu ia
pensiun dan berdiam di sebuah perkebunan
kecil di San Casiano, tidak jauh dari Florence. Semasa hidupnya,
Machiavelly menulis beberapa buku, yaitu;
1. The prince(sang pangeran), karya paling
monumental di tulis pada tahun 1513
2. The discources upon
the first ten books of titus livius
(pembicaraan terhadap sepuluh
buku pertama tius livius).
3.
The art of war (seni berperang) dan lain lain.[5]
2.
Lorenzo Valla (1405-1457)
Lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli
hukum. Salah satu ungkapannya yang sangat terkenal adalah Mengorbankan hidup
demi kebenaran dan keadilan adalah jalan menuju kebajikan tertinggi, kehormatan
tertinggi dan pahala tertinggi. Hasil karyanya antara lain adalah De volupte
(kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya pada etika Stoisisme
yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese) dalam rangka
mendapatkan keselamatan jiwa.
Buku yang berjudul De Libero erbitrio (keinginan
bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada kebesaran dan
keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta
tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif
manusia dalam sejarahnya. Judul buku De falso credita et ementita Constantini
donation declamation berisi tentang donasi hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar
Constantinus sebenarnya palsu sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan
gaya bahasa abad ke-4 melainkan abad ke-8.[6]
3. Dante Alighiere (1265-1321)
Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze,
berasala dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze, ingin
negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga kerajaan yang lebih besar yaitu
Kepausan, Spanyol dan Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang
otoritas moral Kepausan yang dinilai tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya
dia tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang
berisi tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual
tertinggi Gereja Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan)
yang otoriter. Hasil karya Dante antara lain adalah La Vita Nuova (The New
Life) berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis
ketika dia berada dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang
perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke
alam gaib. Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi
kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka),
purgatoria (pembersih jiwa), dan paradiso (surga).
4. Francesco Petrarca (1304-1374)
Lahir pada 20 Juli 1304 M di Tuscan. Ia belajar
hukum di Montpellier dan melanjutkan ke Universitas Bologna. Namun, ia lebih
tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia seorang humanis yang mengagumi
hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu ungkapannya pada
alam dituangkan dalam karya lukis yang diberi nama Ikar.[7]
5. Boccacio (1313-1375)
Giovani Boccacio lahir di Certaldo, Italia tahun
1313 dari seorang pedangang yang berasal dari Firenze. Hasil karyanya antara
lain cerita epos seperti Thebaid atau Aenid, prosa seperti Ameto, puisi seperti
Amoroso Visione dan Ninfale Fiesolan. Puncak karyanya Decamerome, karya sastra
lainnya De genealogis deorum gentilium (On The Genealogy of God) yang tersusun
dalam 15 jilid.[8]
6.
Michelangelo
Michelangelo Buonarroti Simoni Lodovico di (6 Maret
1475 -18 Februari 1564), umumnya dikenal sebagai Michelangelo, adalah seorang
Italia Renaisans pelukis, pematung, arsitek, penyair, dan insinyur yang diberikan
pengaruh yang tak tertandingi pada perkembangan seni Barat. Michelangelo
dianggap sebagai seniman terbesar dalam hidupnya, dan sejak itu ia telah
dianggap salah satu seniman terbesar sepanjang masa. Sejumlah karya-karyanya
baik di dalam bidang lukisan, patung, dan arsitektur masuk dalam peringkat
paling terkenal dalam keberadaan. Dua karya yang paling terkenal yang pernah ia
kerjakan adalah Pieta dan David , yang
diukir sebelum ia menginjak usia tiga puluh tahun. Karya lainnya adalah adegan
dari kitab Kejadian pada langit-langit dan Penghakiman Terakhir di dinding
altar Kapel Sistina di Roma. Dan masih banyak lagi karya-karyanya dalam bidang
seni.[9]
7. Perugino
Ia lahir Pietro Vannucci di Città della Pieve ,
Umbria , putra dari Cristoforo Vannucci; julukannya sebagai ciri dari Perugia,
kota utama Umbria. Meskipun apa yang dinyatakan oleh penulis biografi Giorgio
Vasari, yang menyebutkan bahwa Vannucci adalah salah satu orang terkaya di kota
itu. Dia paling mungkin mulai belajar melukis di Perugia, dalam lokakarya lokal
seperti orang-orang dari Bartolomeo Caporali atau Fiorenzo di Lorenzo.
Perugino
adalah salah satu praktisi awal Italia lukisan cat minyak. Beberapa karya
karyanya yang terkenal adalah Tondo (gambar lingkaran) di Musée du Louvre dari
Perawan dan Anak Bertahta antara Orang Suci.[10]
8. Raphael
Raffaello Sanzio da Urbino (April 6 atau 28 Maret
1483 – April 6, 1520 [3] ), lebih dikenal hanya sebagai Raphael, adalah seorang
pelukis dan arsitek dari High Renaissance. Karyanya yang dikagumi karena
kejelasan bentuk dan kemudahan komposisi dan untuk pencapaian visualnya dari
Neoplatonisme ideal keagungan manusia. Bersama dengan Michelangelo dan Leonardo
da Vinci, ia membentuk trinitas tradisional guru besar pada masa itu. Raphael
sangat produktif, menjalankan lokakarya yang luar biasa besar, dan meskipun
kematiannya pada usia 37 tahun, dia telah menghasilakan karya-karya yang
fenomenal. Banyak dari karya-karyanya yang ditemukan di Istana Apostolik di
Vatikan, Karya yang dikenal terbaik adalah Sekolah Athena di Vatikan Stanza
della Segnatura.[11]
9. Sandro
Botticelli
Alessandro di Mariano di Vanni Filipepi, lebih
dikenal sebagai Sandro Botticelli (1445 -17 Mei 1510) adalah seorang pelukis
Italia dari awal Renaissance. Dia berasal dari sekolah Florence di bawah
perlindungan Lorenzo de ‘Medici, sebuah gerakan yang Giorgio Vasari akan
mencirikan kurang dari seratus tahun kemudian sebagai ” zaman keemasan “,
pikiran, cukup sesuai, ia menyatakan di kepala Vita- nya Botticelli. Reputasi Botticelli bertahan sampai akhir abad 19, sejak saat itu karyanya
telah dilihat untuk mewakili rahmat linear lukisan Renaisans Awal. Di antara
karya terbaik yang terkenal adalah Kelahiran Venus dan Primavera.[12]
10.Tiziano Vecelli
Tiziano Vecellio Tiziano
Vecelli atau (1488/1490-27 Agustus 1576) lebih dikenal sebagai Titian adalah
seorang pelukis Italia, anggota paling penting dari abad ke-16 sekolah Venesia
. Dia lahir di Pieve di Cadore , dekat Belluno (dalam Veneto), di Republik
Venesia. Selama hidupnya dia sering disebut da Cadore, diambil dari tempat
kelahirannya.
Diakui
sebagai “The Sun tengah Bintang Kecil” (mengingat baris terakhir
terkenal Dante Paradiso ), Titian adalah salah satu pelukis serba bias di
Italia. Dia sanagt trerkenal dengan olah warna yang tanpa celah. Memnag banayak
yang mengatakan bahwa hasil lukisannya tidak sefenomenal Rafael ataupun
Leonardo da Vinci, akan tetapi olah warna dan goresan kuas yang dihasilkannya
diakui oleh dunia dan nyaris tanpa celah.[13]
1.
1. Desiderius Erasmus
Desiderius
Erasmus Roterodamus (atau Desiderius Erasmus dari Rotterdam) (Gouda, 27 Oktober
1466–Basel, Swiss, 12 Juli 1536) adalah seorang filsuf, humanis dan ahli
teologi Belanda.
Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia
memulai pendidikan di salah satu sekolah Latin di Utrecht lalu melanjutkannya
di Deventer di bawah asuhan Persaudaraan Kehidupan Bersama (The Brethrehn
Common Life). Di sini Erasmus dikenal karena kecakapannya yang luar biasa.
Ayahnya adalah seorang imam. Eramus sempat masuk ke biara Augustinus karena
dipaksa oleh walinya setelah ibunya meninggal dunia. Selama lima tahun dari
1486 hingga 1491, Erasmus tinggal di biara itu.
Dan salah satu kata-kata dari Desiderus Eramus yang
tekenal adalah “Jadi, tampaknya seni yang paling di berkahi adalah seni yang paling dekat dengan kebodohan, dan
orang-orang yang paling bahagia adalah yang mempu menghindari kontak dengan
seni dan ilmu sekaligus, cukup mengikuti alam, yang tidak pernah mengecewakan
mereka, kecuali jika mereka berusaha melampaui batas sifat manusiawi
mereka”.[14]
Karya-karya :
1. Enchiridion Militis Christian (Handbook
of the Christian Soldier) tahun 1503.
2. Novum Instrumentum Omne (1516). Ini adalah Alkitab Perjanjian Baru
dalam bahasa Yunani beserta terjemahan dalam bahasa Latin.
3. De libero arbitrio diatribe sive collatio
(Kebebasan Kehendak) tahun 1524.
Pada masa renaissance ini juga berkembang bentuk
pemikiran manusia yang baru, yang sama sekali terlepas dengan gereja. Diantara
pemahaman itu adalah humanisme, rasionalisme, empirisme, dan materialisme.
1.
Humanisme
Zaman renaissance ini sering juga di sebut sebagai
zaman humanisme. Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad
pertengahan. Pada abad pertengahan itu manusia di anggap kurang di hargai
sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen),
bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran
haruslah dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berfikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan
dunia,[15]
2.
Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan
bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan
mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan di peroleh
dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu adalah
kaidah kaidah logis atau kaidah kaidah logika.
Rasonalisme ada dua macam, dalam bidang agama dan filsafat.
Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat
rasionalisme adalah lawan empirisme
Rasionalisme dalam bidang agama adalah kemampuannya
untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama
berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme
berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang atau bersumber
dari penemuan akal.
3.
Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang
menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan
itu sendiri dan mengecilkan peranan akal, istilah empirisme diambil dari bahasa
yunani empeiria yang berarti coba-coba
atau pengalaman.[16]
Empirisme sebagaai lawan rasionalisme berpendapat
bahwa pengetaahuan diperoleh dari pengalaman dengaan cara
observasi/penginderaan baik pengalamaan lahiriyah yang menyangkut dunia maupun
pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi manusia. Pengalaman merupakan
faktor fundamental, dan ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia.[17]
4.
Materialisme
Paham ini di pelopori oleh LAMETTRIE (1709-1751).
Bagi dia manusia tak lain dari mesin begitu pula halnya dengan binatang,
sehingga tak ada bedanya antara manusia dengan binatang. Ia mengingkari prinsip
hidup pada umumnya. Ia mencoba membuktikan, bahwa bahan (badan) tanpa jiwa
mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tak mungkin ada,
jantung katak yang dikeluarkaan dari tubuh katak masih berdenyut beberapa detik
(hidup kata Lamettrie), sedangkan tak mungkin ada katak, jika tak ada badannya! Demikianlah nyata benar,
menurut Lamettrie bahwa prinsip hidup
itu tak ada dan tentu tak ada prinsip hidup yang rohani.[18]
2.3 Dampak Renaissance
Sumbangan Renaissance Kepada Eropa:
Kemunculan aliran pemikiran yang mementingkan
kebebasan akal seperti aliran baru Eropa hingga abad ke 18 seperti humanisme,
rasionalisme, nasionalisme dan absolutisme berani mempersoalkan kepercayaan dan
cara pemikiran lama yang diamalkan selama ini secara langsung melemahkan
kekuasaan golongan gereja.
Itali telah menjadi pusat ilmu yang terkenal di
Eropa pada abad ke 15. Hal ini terjadi ketika Kota Konstantinopel yang dikuasai
oleh orang Islam jatuh ke tangan orang barat pada tahun 1453. Keadaan ini telah
menyebabkan ramainya para ilmuan Islam berhijrah ke pusat-pusat perdagangan di
Itali. Dan hal ini menyebabkan Itali menjadi pusat intelektual terkenal di
Eropa pada masa itu.
Renaissance telah membentuk masyarakat perdagangan
yang berdaya maju. Keadaan ini telah melemahkan kedudukan dan kekuasaan
golongan gereja yang senantiasa berusaha menyekat perkembangan ilmu dan
masyarakat di Eropa.
Melahirkan tokoh-tokoh pemikir seperti Leonardo de
Vinci yang terkenal sebagi pelukis, pemusik dan ahli falsafah serta jurutera.
Michelangelo merupakan tokoh seni, arkitek, jurutera, penyair dan ahli anotomi.
Melahirkan ahli-ahli sains terkenal seperti Copernicus dan Galileo. Melahirkan
ahli matematika seperti Tartaglia dan Cardan yang berusaha menghuraikan
persamaan ganda tiga. Tartaglia orang pertama yang menggunakan konsep
matematika dalam ketenteraan yaitu mengukur tembakan peluru mariam. Cardan
terlibat dalam penghasilan ilmu algebra.
Selain itu, Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh
perubahan di Eropa. Antara lain tokoh perubahan terkenal itu adalah William
Harvey yang telah memberi sumbangan dalam kajian peredaran darah. Renaissance
telah melahirkan masyarakat yang lebih progresif dan wujud semangat mandiri
sehingga membawa kepada aktivitis penjelajahan dan kemajuan. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa dampak dari renaissance bagi perkembangan peradaban barat
adalah sebagi berikut:
1. Tumbuhnya kebebasan, kemerdekaan, dan
kemandirian individu.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan budaya.
3. Munculnya
faham pemikiran baru seperti humanisme, rasionalisme, empirisme, dan materealisme.
4. Runtuhnya dominasi gereja.
5. Menguatnya kedudukan kaum bourgeois[20] sehingga mereka tumbuh
menjadi kelas penguasa.
6. Mendorong pencarian daerah baru sehingga
berkobarlah era penjelajahan samudera.
Kongres Wina 1814-1815
Konggres Wina
adalah sebuah pertemuan antara para wakil dari kekuatan-kekuatan besar di
Eropa. Pertemuan ini dipimpin oleh negarawan Austria, Klemens Wenzel von
Metternich dan diadakan di Wina, Austria dari 1 September 1814 hingga 9 Juni
1815. Tujuannya adalah untuk menentukan kembali peta politik di Eropa setelah
kekalahan Perancis hingga berakhirnya kekuasaan Napoleon pada musim semi
sebelumnya.
Perbicangan
dalam konggres ini tetap berlanjut meskipun Napoleon Bonaparte, mantan Kaisar
Perancis kembali dari pengasingan dan melanjutkan kekuasaan di Perancis pada
Maret 1815. Pasal Terakhir Kongres ditandatangani sembilan hari sebelum
kekalahan terakhir Napoleon pada Pertempuran Waterloo. Secara teknis,
"Konggres Wina" sebanrnya tidak pernah dilaksanakan, karena Kongres
tersebut tidak pernah bersidang dalam sesi pleno, namun hanya berbincang dalam
sesi-sesi informal yang dihadiri perwakilan dari para kekuatan besar Eropa.
Beberapa
pemimpin dan wakil Negara Eropa yang hadir dalam Konggres Wina:
1. Pangeran Matternich (Austria)
2. Viscount Castlereagh (Britania
Raya)
3. Tsar Alexander I (Rusia)
4.
Charles Maurice de Talleyrand-Perigord (Perancis)
A. Peta
Politik Eropa Sebelum Berlangsungnya Kongres Wina
Pada bulan Maret
1814, tentara Prancis dan Napoleon menyerah kepada pihak sekutu. Walaupun
Napoleon telah menyerah dan berada di pengasingan, Revolusi Prancis ternyata
membawa dampak yang luas bagi struktur social masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa
menjadi masyarakat yang terrtib secara social, ikatan lama seperti feodalisme,
gerejani, dan system politik telah mengalami perubahan. Akan tetapi juga muncul
kekhawatiran sebagai dampak dari perang yang terjadi, diantaranya adalah
seberapa lama ketertiban social yang ada mampu bertahan.
Selain itu, sebagai dampak dari
perang, mengakibatkan berubahnya peta politik di Eropa. Oleh karena itu
pelaksanaan kongres wina lebih dinaksudjan untuk menyusun kembali pembangunan
Eropa seperti sebelum dilanda perang koalisi.
Sebelum
berlangsungnya konggres wina, Negara – Negara pemenang perang koalisi seperti
Inggris, Austria, Rusia, dan Prusia mengadakan suatu pertemuaan di Chaumont
yang di pelopori oleh menteri luar negeri Inggris Lord Castlereagh pada 1 maret
1814. Perjanjian Chaumont berhasil ditandatangani dan disepakati berlangsung
selama 20 tahun. Isi perjanjian Chaumont yaitu sebagai berikut :
1. Jaminan kemerdekaan Negara Swiss
2. Penambahan wilayah bagi Negara
Belanda
3. Membentuk konfederasi
Negara-negara Jerman di bawah pimpinan Austria
4. Pembagiaan Italia
Hasil perjanjian Chaumont ini diperkuat
oleh perjanjian Paris 1 Mei 1814, yaitu suatu perjanjian perdamaiaan yang
dibuat 4 Negara besar ditambah Spanyol, Portugal, Swedia, dan Perancis.
B. Pelaksanaan Kongres
Wina
Kongres Wina
berlangsung di Wina, Austria dari 1 September 1814 hingga 9 Juni 1815. Dalam
konggres wina banyak permasalahan yang dibahas, akan tetapi masalah Saksen
Polandia adalah masalah yang hangat dibicarakan. Seperti diketahui bahwa
Polandia adalah daerah yang sangat strategis bagi Rusia. Tsar Alexander I lalu
membujuk Prusia untuk mendukung agar wilayah Polandia diakui sebagai wilayah
Rusia, akan tetapi Matternich dan Castlereagh tidak setuju dengan hal tersebut.
Pada saat
genting tersebut, Perancis yang diwakili oleh Talleyrand menawarkan
kesediaannya untuk mendukung Austria-Inggris. Tampilnya Perancis sebagai sekutu
Austria-Inggris mengurungkan niat Rusia untuk memiliki Polandia. Kemudian
sebagai imbalan atas bantuan yang diberikannya pada saat-saat genting tersebut,
Perancis diterima untuk duduk bersama sebagai salah satu Negara besar, dan
berhak ikut serta membuat dan merundingkan keputusan-keputusan penting yang
dicapai dalam konggres wina.
Konggres yang berakhir pada bulan
Juni 1815, menghasilkan keputusan-keputusan penting yang ditandangani oleh
Negara - Negara besar peserta Konggres. Hasil konggres wina adalah sebagai
berikut :
1. Russia diperluas wilayahnya dengan
2/5 wilayah kerajaan Saksen, ditambah lagi dengan daerah – daerah Poses dan Pommerania, sedang dibagian
barat wilayahnya bertambah dengan wilayah – wilayah Rheindland dan Westhphalia.
2. Daerah - daerah milik Austria di
Belanda Selatan digabungkan dengan kerajaan Belanda dengan maksud agar kerajaan
Belanda cukup kuat untuk kemungkinan menahan ekspansi Perancis ke utara.
3. Austria tetap memiki wilayah Gacilia,
dan memperoleh daerah Lombardia serta Venesia di Italia Utara. Kota Cracow
(Polandia) dijadikan kota merdeka atau free city.
4. Suatu kondeferasi – konfederasi
negara Jerman dibentuk dengan Austria sebagai ketuanya. Konfederasi ini
beranggotakan 39 negara.
5. Wilayah – wilayah kerajaan gereja
diserahkan kembali kepada Paus; sedangkan wilayah Toscana, Odena dan
Parmaditempatkan dibawah pemerintahan keluarga – keluarga Habsburg (Austria).
Kerajaan Sardinia diperluas wilayahnya.
6. Inggris berhasil memperoleh jaminan
dari negara – negara besar, bahwa mereka akan menghapuskan perdagangan budak;
dan jaminan pembukaan sungai – sungai tertentu untuk kepentingan lalu lintas
perdagangan. Di samping itu diperolehnya keuntungan – keuntungan teritorial di
daerah seberang lautan terutama di Asia.
C. Hasil - Hasil Dari
Kongres Wina
Demikian
keputusan-keputusan penting diambil dalam Kongres Wina suatu rangkaian
keputusan penting, yang pernah diambil antara Konfrensi perdamaiaan. ( Di
antara para ahli sejarah sering terdengar pendapat, bahwa keputusan Kongres
Wina itu berbau Reaksioner, hanya menguntungkan pihak-pihak yang berkuasa dan
menutup ide dan paham-paham Revolusioner namun perlu diinggat bahwa para
diplomatik yang berkumpul di Wina pada saat itu berada dalam keadaan yang sulit
disebabkan pleh situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan.
Konggres Wina merupakan suatu
perjanjian damai yang muncul sebagai dampak bergulirnya Revolusi Perancis. Walaupun
Konggres Wina dianggap bukan sebagai suatu Konggres dalam arti sebenarnya akan
tetapi dari Konggres ini dihasilkan beberapa keputusan penting untuk membangun
kembali Eropa seperti sebelumnya terjadinya perang koalisi. Para diplomat dan
para Raja yang berkumpul di Wina tahun 1814 dan 1815, kebanyakan mereka
berfikir bahwa mereka telah berhasil menghentikan gerakan revolusioner dan
ambisi imperialis Napoleon yang melanda Eropa.
D.
Pemberontakan
Terhadap Kongres Wina
Keputusan kongres Wina yang sewenang-wenang dalam membagi-bagi wilayah
untuk negara lain mendapat protes keras dari rakyat negara yang bersangkutan
maka timbulah peregolakan terhadap ketidakpuasan atas sikap raja-raja yang
sewenang-wenang maka munculah beberapa gerakan rakyat yang terdiri atas:
1.
Revolusi Juli 1830 di Perancis
Menentang kesewenang-wenangan kekuasaan raja Charles X. Revolusi ini
menimbulkan beberapa pergolakan seperti:
1. Perang kemerdekaan Belgia 1830-1831
2. Pembrontakan Polandia 1830-1831.
3. Tuntutan rakyat Inggris terhadap
perubahan soial dan politik (Reforbill 1832).
4. Tuntutan untuk menghapuskan
perbudakan di Inggris (1833).
5. Munculnya pemerintahan Liberal
(kebeasan individu) di
Inggris.
2.
Revolusi Februari 1848 di Perancis
Menentang kesewenang-wenangan raja Louise Phillip dan tuntutan rakyat
Jerman untuk melakukan perubahan sistem pemerintahan menjadi Liberal dan
Demokratis. Revolusi ini menimbulkan beberapa pergolakan seperti:
-
Pemberontakan untuk
menjatuhkan Pangeran Matternich dari Austria.
-
Pemberontakan
Lombardy, Venetia, Bohemia, dan Hongaria terhadap Austria.
-
Gerakan buruh
(Chartism) di Inggris.
Revolusi tersebut mampu membuat beberapa perubahan pada tatanan wilayah
Eropa yaitu:
1. Kedua revolusi
tersebut mampu membuat Concert Of Europe (yaitu sebuah organisasi 4 negara:
Austria, Inggris, rusia, dan Prusia yang melaksanakan konferensi untuk
membahas dan mengatasi permaslahan-permasalahan wilayah Eropa) terpecah menjadi
dua kubu yaitu Liberal (Inggris dan Perancis) berusaha mengadakan upaya
perubahahan terhadap hasil kongres Wina dan kubu Konversativ (Austria, Rusia,
dan Prusia) berusaha mempertahankan hasil keputusan kongres Wina.
2. Pada peta wilayah
Eropa terjadi beberapa perubahan yang disesuaikan dengan pembagian kekuasaan
politik yang baru merubah perbatasan dan menghasilkan dua negara baru yaitu
Belanda dan Prusia. Tahun 1816 Menetapkan desa Morestnest kepada belanda dan
Neu Morestnest kepada Prusia dimana kedua wilayah tersebut memiliki tambang
seng yang berharga serta menjadikan desa Kelmis sebagai kawasan Netral.
E.
Perkembangan
Setelah Kongres Wina
Perkembangan Kodifikasi Hukum Diplomatik
Dalam pergaulan masyarakat, negara sudah mengenal semacam misi-misi konsuler
dan diplomatik dalam arti yang sangat umum seperti yang dikenal sekarang pada
abad ke-16 dan ke-17, dan penggolongan Kepala Perwakilan Diplomatik telah
ditetapkan dalam Kongres Wina 1815 sebagai berikut :
1.
Duta-duta besar dan para utusan (ambassadors and legate)
2.
Minister plenipoteniary dan envoys extraordinaryKuasa Usaha (charge d’
affaires)
Dan
setelah PBB didirikan pada tahun 1945, dua tahun kemudian telah dibentuk Komisi
Hukum Internasional. Setelah tiga puluh tahun (1949-1979), komisi telah
menangani 27 topik dan subtopik hukum internasional, 7 diantaranya adakah
menyangkut hukum diplomatik, yaitu :
• Pergaulan dan kekebalan diplomatik
• Pergaulan dan kekebalan konsuler.
• Misi-misi khusus
• Hubungan antara negara bagian dan organisasi
internasional
• Masalah perlindungan dan tidak diganggu
gugatnya pejabat diplomatik dan orang lain yang memperoleh
perlindungan khusus menurut hukum internasional.
• Status kurir diplomatik dan kantong diplomatik
yang diikutsertakan pada kurir diplomatik.
• Hubungan
antara negara dengan organisasi internasionalCara Belajar Sejarah
Belajar sejarah
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini, dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon.
Oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Dengan adanya konsep-konsep belajar khususnya belajar
sejarah,bisa digunakan untuk metode ini sehingga pembelajaran sejarah mempunyai
keunikan sendiri dalam cara belajar nya,karena pembelajaran sejarah itu sangat
penting dipelajari.cara belajar pun harus di identifikasi terlebih dahulu
sebelum diaplikasikan kepada pembelajaran,sehingga jika identifikasi itu sesuai
dengan kurikulum ,belajar pun bisa mencapai target yang dihasilkan.dan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,pembelajaran sejarah patut di sesuaikan
dengan metode yang sudah ada.
A. Pengertian
Pembelajaran merupakan proses yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana
memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan, dimana terdapat juga proses memilih, menetapkan, mengembangkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan, dimana terdapat juga proses memilih, menetapkan, mengembangkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sedangkan Sejarah merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan
masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Terkait
dengan pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa
lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk
melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.
Mata
pelajaran Sejarah telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian
integral dari mata pelajaran IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran Sejarah memiliki
arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air.
B. Macam-macam
Teori Belajar
Banyak teori belajar
yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses
pembelajaran. Ada 3 pandangan psikologi utama tentang teori belajar, yaitu
teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar
Humanistik.
Teori belajar
Behavioristik Teori belajar ini pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu
perilaku yang di nginkan. Perilaku yang di nginkan mendapat penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau
penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru
tidak banyak memberikan ceramah ,tetapi instruksi singkat yang di kuti contoh
baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Teori belajar
Kognitif .Menurut teori ini,proses belajar akan
belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi
(berkesinambungan)secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses pembelajaran ini bejalan tidak sepotong – sepotong atau
terpisah – pisah melainkan bersambung sambung dan menyeluruh. Teori
belajar kognitif ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan
siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasi pengalamanya.
Teori belajar Humanstik .Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Teori belajar Humanstik .Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Teori belajar
Konstruktivistik. Menurut teori ini permasalahan
dimunculkan dari pancingan internal, permasalahan muncul dibangun dari
pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa. Teori ini sangat dipercaya
bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah,menyusun sendiri pengetahuannya melalui
kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya ,menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik
dan teori dalam satu bangunan utuh.
Teori belajar
Gestalt , Menurut pandangan teori gestalt
seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat
strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang
sederhana sehungga lebih mudah dipahami.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1.
Membantu guru untuk
memahami bagaimana siswa belajar
2.
Membimbing guru untuk
merancang dan merencanakan proses pembelajaran
3.
Memandu guru untuk
mengelola kelas
4.
Membantu guru untuk
mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah
dicapai
5.
Membantu proses
belajar lebih efektif, efisien dan produktif
6.
Membantu guru dalam
memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil
prestasi yang maksimal.
C. Prinsip dasar
Pembelajaran
A. Pengertian
Agar aktivitas yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi
siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.
Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka
dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran,
yaitu :
1. Hal apapun yang
dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang
dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid
belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur,
terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid
belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi
untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk
kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar
siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang
harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya
dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran.
B. Implikasi
Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran
1. Prinsip
perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi
merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk
menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian
bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar.
Hamalik (2001),
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian
membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
2. Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses
transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu :
a. Tujuan belajar
dan daya ingat dapat menguat retensi.
b. Bahan yang
bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
c. Retensi
seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu
terjadi.
d. Latihan yang
terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan
bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.
f. Proses belajar
cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil
yang memuaskan.
g. Proses saling
mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari
mengikuti bahan yang lalu.
h. Pengetahuan
tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip
yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i. Transfer hasil
belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi
yang agak sama dapat diciptakan.
j. Tahap akhir
proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang
pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
3. Prinsip
Keaktifan
Keaktifan belajar
ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional
dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir
setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.
Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya
keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah
yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh
suburnya keaktifan itu.
Menurut teori belajar
Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah
informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi.
4. Prinsip Keterlibatan
Langsung
Sejumlah hasil
penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan
belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam penggolongan
pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman belajar mengemukakan
bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui penglaman langsung.
Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat yang langsung
dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip
keterlibatan langsung bagi guru adalah:
a. Mengaktifan
peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b. Menggunakan
media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan
atau eksperimen.
c. Memberi
keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
d. Memberikan
tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi
prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1) siswa harus terdorong aktif untuk
mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran, (2) siswa dituntut
untuk aktif mengerjakan tugas-tugas.
5. Prinsip
Pengulangan
Teori belajar klasik
yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini
adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat,
mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka
daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian
latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
6. Prinsip
Tantangan
Deporter (2000:23)
mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar
jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki peran
di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu
pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya.
Beberapa bentuk kegiatan
berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan
dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan
mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan
tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa
untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
4) Mengembangkan
bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa
menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
6) Merancang dan
mengelola kegiatan diskusi.
7. Prinsip Balikan
dan Penguatan
Prinsip balikan dan
penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang
dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan
salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”.
Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang
baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi
upaya-upaya belajar
Sumantri dan Permana
(1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan,
yaitu:
a. Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang
peserta didik berpikir lebih baik.
c. Menimbulkan
perhatian peserta didik.
d. Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan
dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar.
8. Prinsip
Perbedaan Individual
Implikasi atau penerapan
prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
1) Para siswa harus
dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan untuk
selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhklan.
2) Para siswa harus
terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik
membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat,
tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta
didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa
lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
4) Para siswa harus
dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan
kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang lain.
5) Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak
merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka
memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
6) Para siswa yang
telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki dorongan dan
minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.
D. Identifikasi
Kekhasan Pengajaran Sejarah
kata sejarah berasal dari bahasa Arab
yaitu Syajaratun yang artinya pohon. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya
dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke
tingkat yang lebih kompleks atau ke tingkat yang lebih maju dan maka dari itu
sejarah di umpamakan menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus berkembang
dari akar sampai ranting yang paling kecil yang kemudian bisa diartikan
silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh, mitos
dan legenda. Dalam bahasa Inggris kata sejarah(history) berarti
masa lampau umat manusia, dalam bahasa Jerman kata sejarah (geschichte) berarti
sesuatu yang telah terjadi, sedangkan dalam bahasa Latin dan Yunani kata
sejarah (histor atau istor) berarti orang pandai. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, pengertian sejarah pun mengalami perkembangan.
Menurut Dr. Kuntowijoyo sejarah dapat diartikan dua macam :
A. SEJARAH DALAM ARTI NEGATIF
1. Sejarah itu bukan mitos
Meskipun sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos. Mitos menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan kejadiannya tidak masuk akal di masa sekarang contohnya dari jawa ada mitos tentang Raja dewatasangkar pemakan manusia yang dikalahkan oleh Ajisaka, sedangkan dalam sejarah semua peristiwa secara tepat diceritaka waktu dan tempat terjadinya.
2. Sejarah bukan filsafat
Sejarah mempelajari sesuatu yang konkret, sedangkan filsafat itu abstrak dan spekulatif, dalam arti hanya berkaitan dengan pikiran umum.
3. Sejarah bukan ilmu alam
Sejarah menuliskan sesuatu yang khas atau unik, sedangkan ilmu alam menuliskan sesuatu yang umum.
4. Sejarah itu bukan sastra
Perbedaan sejarah dengan sastra ada 4 hal yaitu cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan, dan kesimpulan.
B. SEJARAH DALAM ARTI POSITIF
1. Sejarah adalah ilmu tentang manusia
Karena yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan cerita masa lalu manusia secara keseluruhan.
2. Sejarah adalah ilmu tentang waktu
Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah ilmu tentang waktu yang mencangkup empat hal yaitu :
a.
Perkembangan, terjadi bila masyarakat secara terus menuerus bergerak dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang kompleks.
b.
Kesinambungan, terjadi bila seuatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi
lembaga-lembaga lama.
c.
Pengulangan, terjadi bila seuatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi
lagi di masa sekarang.
d.
Perubahan, terjadi bila masyarakat mengalami pergerakan dan perkembanganyang besar
dalam waktu yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh dari luar.
3. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Dalam sejarah yang dipelajari bukan hanya akativitas manusia saja, melainkan aktifitas manusia yang mempunyai makna sosial.
4. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu
Sejarah adalah sejarah tertentu. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya sekali terjadi. Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.
C. PENGERTIAN SEJARAH BERDASARKAN BENTUK DAN SIFATNYA
1. Sejarah sebagai peristiwa
Peristiwa merupakan aktivitas manusia yang hanya sekali terjadi dan hilang bersama dengan lewatnya waktu, yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas lain. Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadi.
2. Sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai kisah adalah peristiwa yang sudah terjadi diungkap kembali melalui tulisan maupun lisan. Peristiwa sejarah yang dimaksud terutama peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum.
3. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu dikarenakan sejarah sebagai pengetahuan. Ilmu pengetahuan sejarah seperti halnya ilmu pengetahuan lainnya mulai berkembang pada abad ke-19. Pengetahuan ini meliputi kondisi-kondisi masa manusia yang hidup pada suatu jenjang sosial tertentu.
Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu adalah
a.
Sejarah itu mempunyai
obyek, yaitu aktivitas dan peristiwa di masa
lampau.
b.
Sejarah itu mempunyai
teori, yaitu memberi penjelasan tentang kapan
sesuatu itu terjadi.
c.
Sejarah itu mempunyai
metode, yaitu bahwa suatu pernyataan dari
peneliti itu harus didukung oleh bukti-bukti sejarah. Proses rekonstruksi
sejarah mulai dari heuristic (mencari sumber sejarah), kritik sumber,
interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian (historiografi),
harus berdasarkan metode. Dengan metode itu rekonstruksi sejarah akan
menghasilkan tulisan sejarah ilmiah dan penulisan sejarah tanpa dilandasi oleh
metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan populer yang uraiannya bersifat
deskriptif naratif dan tidak menunjukkan ciri-ciri karya ilmiah sejarah.
Sejarah bersifat
sistematis, yaitu sejarah sebagai kisah ditulis
secara sistematis. Hubungan antar bab dengan hubungan antar sub bab pada setiap
bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan bersifat
diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan menunjukkan
hubungan antara stu fakta dengan fakta lain yang bersifat kasalitas (hubungan
sebab akibat) karena sejarah merupakan proses.
E.
Cara Belajar Sejarah
Langkah awal untuk
merevitalisasi metode pembelajaran adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya
mata pelajaran sejarah diajarkan. Setidaknya, ada lima unsur pembelajaran
sejarah yang harus diimplementasikan:
(1) variatif; pembelajaran apapun yang
dilakukan jika monoton pasti membuat siswa jenuh, bosan, dan akhirnya kurang
berminat. Hal ini terjadi dalam pembelajaran sejarah, karena terkonsentrasi
pada penerapan metode ceramah, sehingga kesan yang muncul adalah mata pelajaran
sejarah identik dengan metode ceramah, bahkan sebagian besar guru sejarah
berasumsi bahwa materi sejarah dapat dipindahkan secara utuh dari kepala guru
ke kepala peserta didik dengan metode pembelajaran yang sama.
(2) dari fakta ke analisis; pembelajaran
sejarah di berbagai sekolah ternyata lebih menekankan pada fakta sejarah dan
hafalan fakta seperti pelaku, tahun kejadian, dan tempat kejadian. Idealnya,
pembelajaran sejarah bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga transfer
of value, bukan sekadar mengajarkan siswa menjadi cerdas tetapi juga berakhlak
mulia. Karena itu, pembelajaran sejarah bertujuan untuk mengembangkan keilmuan
sekaligus berfungsi didaktis, bahwa maksud pengajaran sejarah adalah agar
generasi muda yang berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman
nenek moyangnya.
Menurut Mestika Zed siswa tidak cukup
dijejali kesibukan kognitif menghafal pengetahuan lewat fakta-fakta yang sudah
mati di masa lalu, sebagaimana banyak terjadi selama ini (Kompas, 13 Agustus
2005). Secara tegas Soedjatmoko (1976:15) menggariskan bahwa harus dibuang
cara-cara mengajarkan sejarah yang mengutamakan fakta sejarah. Pandangan ini
sangat penting diimplementasikan dalam pengajaran sejarah agar tidak terjadi
apa yang dikhawatirkan oleh Winamo Surachmad (1978:9), yaitu siswa tidak
berhasil tiba pada taraf kemampuan untuk melihat dan berpikir secara historis,
tetapi pengetahuan sejarah mereka berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan
data, fakta, dan nama-nama orang. Karena itu, pembelajaran sejarah tidak boleh
berhenti pada tingkat fakta, tetapi harus sampai pada domain analisis.
(3) terbuka dan dialogis; praktek
pembelajaran sejarah yang tertutup dan monoton berpotensi membawa siswa dalam
suasana kelas yang kaku, sehingga memunculkan sikap kurang antusias. Karena
itu, guru sejarah wajib mendesain pembelajaran yang bersifat terbuka dan
dialogis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru sejarah untuk tidak
menganggap dirinya sebagai satu-satunya sumber kebenaran di kelas, sebab
paradigma teacher centered yang cenderung membuat suasana kelas menjadi
tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa sudah harus ditinggalkan
kemudian beralih ke student centered.
(4) divergen; sejalan dengan pembelajaran
sejarah yang menekankan pada analisis dan dialogis, penerapan prinsip divergen
sangat penting agar pembelajaran sejarah terhindar dari kecenderungan yang
hanya menyampaikan fakta sejarah. Pembelajaran sejarah bukan hanya 20 + 20 =
40, melainkan juga … (+, x, -, dan …= 40. Artinya, pembelajaran sejarah
menghendaki pemecahan suatu masalah dengan memberi peluang kepada siswa untuk
menganalisis dan melahirkan banyak gagasan. Dengan demikian tidak cukup sekadar
guru menanyakan: “Siapa tokoh proklamator Indonesia?” melainkan harus
dikembangkan menjadi: “Mengapa Soekarno – Hatta yang memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia?.”
(5) progresif; pembelajaran sejarah perlu didasarkan
pada prinsip progresif. perspektif baru pendidikan sejarah harus progresif dan
berwawasan tegas ke masa depan. Apabila sejarah hendak berfungsi sebagai
pendidikan, maka harus dapat memberikan solusi cerdas dan relevan dengan
situasi sosial dewasa ini. Penekanan prinsip ini merupakan pengewejantahan mata
pelajaran sejarah dengan watak tridimensional.
Langganan:
Postingan (Atom)