Kamis, 20 Juni 2013

FILOSOFI AWAN




(Created by Tazkiyah Ainul Qolbi)
Awan adalah sekumpulan tetesan air atau kristal es di dalam udara di atmosfer yang terjadi karena pengembunan atau pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah melampaui keadaan jenuh. Anda pasti mengetahui apa itu awan, bagaimana bentuk awan, sifat awan, macam-macam awan yang memiliki ciri-cirinya masing-masing.

Ada makna yang terkandung dari awan yang mungkin tidak kita sadari, makna yang bisa kita jadikan sebagai cermin diri kita, kita dapat belajar dari awan yang begitu indah. Ada makna apa dibalik awan yang dapat kita pelajari???

 Maknanya adalah sebagai berikut:
1.    Awan terbentuk dari udara yang mengandung uap air, uap air ini meluap menjadi titik-titik air dan terbentuklah awan, tak terhingga berapa banyak titik-titik air itu.
Seperti halnya manusia yang terbentuk dari segumpal darah yang tak terhingga berapa banyak gumpalan darah yang terdapat pada diri manusia tersebut. Gumpalan darah itu bersatu hingga terbentuk wujud manusia yang begitu sempurna.
2.    Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarikan bumi menariknya ke bawah. Hinggalah sampai satu peringkat titik-titik itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.

Apabila manusia telah terbentuk dan telah hidup di dunia, manusia akan mencari hal yang baru bagi hidupnya. Menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang digariskan alam padanya. Seperti halnya awan yang senantiasa mengikuti hukum alam yang berlaku namun bukan berarti pasrah. Semakin bersemangat manusia dalam menjalankan kehidupannya maka akan menjadikan manusia itu menjadi sosok yang besar (terpandang), semakin besar pribadi manusia itu semakin banyak pula rintangan dan tantangan yang dimilikinya. Semakin banyak pula beban yang dikandungnya. 

Sama halnya dengan awan semakin banyak titik-titik air semakin besar awan itu. Semakin terpandang semakin lupa dengan hukum alam, ketika manusia semakin banyak dirundung kegalauan tak sedikit yang putus asa dalam menjalani hidupnya, hingga akhirnya manusia mengakhiri hidupnya tanpa menghiraukan hukum alam yang telah digariskan untuknya. Kadang manusia sering kali lupa bahwa hidup ini berputar tak selamanya keadaan selalu sama, ada kalanya kita menjadi sosok terpandang, ada kalanya kita berada di bawah.            

 Seseorang yang memiliki sifat seperti awan dia akan mengikuti hukum alam yang membawanya, mengikuti setiap proses yang akan membentuknya menjadi sosok yang baru. Hukum alam tak selamanya menjadikan kita di atas atau di bawah, hukum alam selalu mengajarkan kita untuk menjadi sosok yang bersyukur. Seperti halnya awan yang mengikuti hukum alam, ketika titik-titik air sudah ada pada titik jenuh maka bumi akan menariknya kebawah dengan perlahan-lahan dan akhirnya titik-titik air itu menjadi hujan dan akan berputar kembali menjadi uap air, terkumpul dan menjadi awan kembali. Begitu seterusnya hukum alam membentuk awan selama awan mengikuti hukum itu. Begitu juga siklus hidup manusia yang akan terus berputar mengikuti hukum alam yang berlaku, namun tak banyak manusia seperti awan yang senantiasa bersabar mengikuti hukum alam itu.

3.    Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan lenyaplah awan itu. Inilah yang menyebabkan awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.

Awan senantiasa berubah begitu juga manusia, harus senantiasa memperbaiki dirinya. Hukum alam yang merubah bentuk awan. Dan tanpa kita sadari terkadang hukum alam pula lah yang merubah kita membentuk kita menjadi pribadi yang baru, terkadang alam memaksa kita untuk berubah mengikuti skenario yang telah disusun oleh hukum alam itu. Namun satu hal yang menjadi pembelajaran bagi kita dari awan yang selalu berubah bentuk namun orang tetap mengenalnya sebagai awan bagaimana pun perubahan bentuk dan fungsi awan tersebut tapi awan tak pernah meninggalkan jati dirinya hingga orang tetap berkata bahwa itu awan. Begitu pun manusia harus memiliki ciri yang kuat bagaimanapun ia berubah dan berinovasi orang akan selalu menganggap bahwa itu adalah kita bukan orang lain.

 Itulah sedikit filosofi awan yang merupakan pandangan hidup manusia, ingatlah bahwa dunia selalu berputar dan keadaan tak selamanya sama, jadilah seperti awan yang senantiasa mengikuti hukum alam namun bukan berarti pasrah dan senantiasa berubah namun tetap mempertahankan ciri khasnya.
»»  Lihat Selengkapnya

Kolaborasi dua kekuatan Yunani Kuno



Bila Anda ingin menemukan orang kuat pergilah ke Sparta, tetapi bila Anda ingin menjumpai orang pintar dan bijak, datanglah ke Athena

itulah kata yang sering dilontarkan orang-orang yunani utk mengenang kota kebanggaan mereka yang terdahulu, dari mulai yuanani kuno hingga adanya beberapa tokoh pemikir asal yunani. Yunani Kuno adalah peradaban dalam sejarah Yunani yang dimulai dari periode Yunani Arkais pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berahirnya Zaman Kuno dan dimulainya Abad Pertengahan Awal.[1] Peradaban ini mencapai puncaknya pada periode Yunani Klasik, yang mulai berkembang pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Pada periode klasik ini Yunani dipimpin oleh negara-kota Athena dan berhasil menghalau serangan Kekaisaran Persia.


Masa keemasan Athena berakhir dengan takluknya Athena kepada Sparta dalam Perang Peloponnesos pada tahun 404 SM. Seiring penaklukan oleh Aleksander Agung, kebudayaan Yunani, yang dikenal sebagai peradaban Hellenistik, berkembang mulai dari Asia Tengah sampai ujung barat Laut Tengah.Ada dua negara kota yang berkembang pesat pada periode Arkhaik, yaitu Sparta dan Athena. Bangsa Sparta adalah orang-orang yang gila perang dan suka menaklukan daerah-daerah di sekitarnya. Pertama mereka mengaklukan Messenia, lalu Arkadia, lalu Argos, dan dengan demikian menjadikan Sparta berkuasa di Peloponnesos. Sparta menerapkan sistem oligarki, dengan dua raja yang saling berbagi kekuasaan, lima efor yang memegang kekuasaan cukup besar, dan gerousia, yaitu dewan para tetua.
Pada akhir abad ke-6 SM, sebuah pemerintahan baru, bangkit. Para penduduk Athena menggulingkan kekuasaan Hippias sang tiran. Seorang pria bernama Kleisthenines menciptakan demokrasi, dan semua orang (kecuali wanita, non-wara negara, dan budak) berhak memilih sepuluh hakim atau jenderal yang disebut strategos. Setiap warga Athena berhak menjabat posisi ini, seperti misalnya sejarawan Thukidides dan dramawan Sofokles.
Namun, Athena ikut campur terhadap kekuasaan Persia di Asia Minor, akibatnya terjadilah perang antara Kekaisaran Persia yang besar, dipimpin oleh Darius I, melawan negara kota Athens yang kecil. Secara luar biasa, pasukan Athena berhasil memenangkan pertempuran yang menentukan di Marathon pada 490 SM. Sepuluh tahun kemudian, Xerxes, putra Darius, berniat membalas kekalahan ayahnya. Xerxes memimpin pasukan besar menuju Yunani. Pada 480 SM, raja Sparta (Leonidas) bersama sekelompok prajurit menahan pasukan Persia di celah sempit Thermopilai, di Thessali, selama tiga hari, sebelum akhirnya pasukan Sparta pun dikalahkan. Ini memberi waktu bagi Athena untuk mengevakuasi rakyatnya sehingga rakyat Athena bisa menyelamatkan diri ke pulau Salamis dan Peloponnesos. Persia memaksa orang Thessali dan Boiotia (termasuk Thebes) untuk menjadi prajurit Persia. Kota Athena pada akhirnya dengan mudah ditaklukan namun kota itu sudah kosong karena sebagian besar penduduknya sudah melarikan diri.
Di bawah pemimpinan jenderal Themistokles dari Athena, pasukan Athena beserta Sparta dan sekutu mereka berusaha menghadapi armada Persia di Slamais. Pertempuran laut yang luar biasa, terjadi di Teluk Saronik, di sana armada Yunani berhasil menghancurkan dan menenggelamkan banyak sekali kapal Persia. Setelah kalah, Xerxes membawa sisa-sisa armada lautnya meninggalkan Yunani. Sementara jenderalnya, bersama sepasukan prajurit, ditinggalkan di Yunani untuk berhadapan dengan pasukan Yunani di darat. Pasukan Yunani sendiri dipimpin oleh jenderal Pausanias dari Sparta. Pada 479 SM, sisa-sisa pasukan Persia diluluhlantakan di Plataia, dan jenderal terbaik Xerxes, Mardonius, terbunuh dalam pertempuran.
Kemenangan di Plataia bisa terwujud berkat keberanian, kedisiplinan, dan kehebatan prajurit Yunani, selain juga berkat hoplite (infantri berat) Yunani dan taktik falanga mereka.
Rakyat Athena kembali ke kota Athena dan mulai membangun kembali kota mereka. Mereka mengembangkan armada laut yang tangguuh, dan mendirikan Liga Delos. Dalam perkumpulan ini, sebagian besar anggotanya, yang merupakan kota-kota di pulau-pulau Aigea, harus mengumpulkan uang atau kapal perang. Pada awalnya, ini merupakan cara Athena untuk menyerang kekaisaran Persia, namun strategi mereka berubah. Harta hasil sumbangan anggota-anggota Liga Delos awalnya disimpan di pulau Delos. namun setelah Perikles, jenderal dan pemimpin Athena, berkuasa, dia memindahkan semua harta itu ke kota Athena. Dengan semua kekayaan itu, Athena menjadi kekuatan maritim terbesar di Yunani. Setelah itu, Athena membubarkan Liga Delos dan mendirikan Kekaisaran Athena.
Dengan kekayaan itu pula, kota Athena menjadi semakin berkembang pada pertengahan abad kelima SM. Arsitektur dan seni mencapai level yang lebih tinggi ketika Perikles membangun kuil Parthenon di Akropolis untuk memuja dewi penjaga mereka, dewi Athena. Selain sebagai pusat kekayaan dan kekuatan, Athena juga menjadi pusat ilmu pengetahuan. Berbagai bidang keilmuan berkembang pesat, misalnya pengobatan, ilmu pasti, filsafat, dan sastra. Muncul banyak cendekiawan di Athena: Fidias dalam bidang seni, Iktinos dan Kallikrates dalam bidang arsitektur, Sofokles dan Euripides adalah penulis drama tragedi yang sangat terkenal, sedangkan Aristofanes menulis drama komedi. Dalam filsafat, Sofokles mengajari orang-orang melalui pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berpikir.
Karena merasa sangat kuat, Athena pun menjadi arogan. Athena menyerang kota Korintus dan Thebes, yang merupakan sekutu Sparta. Akibatnya Sparta pun terlibat dalam konflik ini dan terjadilah perang Athena-Sparta, yang disebut Perang Perloponnesos (431-404 SM). Athena memperoleh beberapa kemenangan kecil, namun Athena kehilangan banyak orang penting, termasuk Perikles, yang mati oleh wabah ketika kota Athena dikepung.
Athens mulai lemah, terutama setelah mereka kalah dalam pertempuran di Trakia (423 SM), dan dalam pengepungan Sirakos (414-413 BC). Athena kehilangan sebagian besar armada lautnya pada pertempuran di Notion (406 SM) dan Aigospotami (405 SM), pada saat itu Sparta dipimpin oleh jenderal Lisander. Biasanya Sparta lemah dalam hal pertempuran laut, tapi kali ini Sparta dibantu oleh Kekaisaran Persia. Athena akhirnya dikepung dan terpaksa menyerah pada 404 SM.
Pada abad keempat SM, Sparta menjadi kekuasaan terkuat di Yunani setelah Athena menyerah. Pada awalnya, Sparta berniat menginvasi Kekaisaran Persia. Tetapi, Sparta kemudian mencoba memasukkan orang-orang Sparta ke dalam tampuk kekuasaan di kota-kota sekutunya, Korintus dan Thebes. Akibatnya, Sparta melakukan kesalahan yang dulu dilakukan Athena. Sparta pun akhirnya dikalahkan oleh Thebes pada pertempuran dI Liuktra (371 SM) dan Mantinia (362 SM), melalui kepemimpinan jenderal Epaminondas, meskipun dia meninggal pada pertempuran Mantinia.
Tanpa Epaminondas, supremasi Thebes hanya berlangsung sebentar. Sementara itu, dengan mengadapatsi taktik Epaminondas, Philip II dari Makedonia berhasil menaklukan Yunani. Philip menguasai Yunani setelah menang dalam serangkaian pertempuran melawan daerah-daerah di sekitarnya (kota-kota Trakia dan Thessali), kemudian Philip mengalahkan daerah Yunani yang lainnya, yang berujung pada Pertempuran Khaironia (338 SM).
Abad keempat SM ditandai dengan munculnya Plato dan Aristoteles, namun hanya sedikit tulisan mengenai mitologi yang dibuat pada masa ini.
»»  Lihat Selengkapnya