“Bila
Anda ingin menemukan orang kuat pergilah ke Sparta, tetapi bila Anda ingin
menjumpai orang pintar dan bijak, datanglah ke Athena”
itulah kata yang sering dilontarkan orang-orang yunani utk mengenang kota kebanggaan mereka yang terdahulu, dari mulai yuanani kuno hingga adanya beberapa tokoh pemikir asal yunani. Yunani Kuno adalah peradaban dalam sejarah
Yunani yang dimulai dari periode Yunani Arkais
pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berahirnya Zaman Kuno
dan dimulainya Abad Pertengahan Awal.[1]
Peradaban ini mencapai puncaknya pada periode Yunani Klasik,
yang mulai berkembang pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Pada periode klasik ini
Yunani dipimpin oleh negara-kota Athena dan berhasil menghalau serangan Kekaisaran
Persia.
Masa keemasan Athena berakhir dengan
takluknya Athena kepada Sparta dalam Perang Peloponnesos pada tahun 404 SM. Seiring
penaklukan oleh Aleksander Agung, kebudayaan Yunani, yang
dikenal sebagai peradaban Hellenistik, berkembang mulai
dari Asia Tengah
sampai ujung barat Laut Tengah.Ada dua negara
kota yang berkembang pesat pada periode Arkhaik, yaitu Sparta dan Athena.
Bangsa Sparta adalah orang-orang yang gila perang dan suka menaklukan
daerah-daerah di sekitarnya. Pertama mereka mengaklukan Messenia, lalu Arkadia,
lalu Argos, dan dengan demikian menjadikan Sparta berkuasa di Peloponnesos.
Sparta menerapkan sistem oligarki, dengan dua raja yang saling berbagi
kekuasaan, lima efor yang memegang kekuasaan cukup besar, dan gerousia, yaitu
dewan para tetua.
Pada akhir abad
ke-6 SM, sebuah pemerintahan baru, bangkit. Para penduduk Athena menggulingkan
kekuasaan Hippias sang tiran. Seorang pria bernama Kleisthenines menciptakan
demokrasi, dan semua orang (kecuali wanita, non-wara negara, dan budak) berhak
memilih sepuluh hakim atau jenderal yang disebut strategos. Setiap warga Athena
berhak menjabat posisi ini, seperti misalnya sejarawan Thukidides dan dramawan
Sofokles.
Namun, Athena ikut campur terhadap
kekuasaan Persia di Asia Minor, akibatnya terjadilah perang antara Kekaisaran
Persia yang besar, dipimpin oleh Darius I, melawan negara kota Athens yang
kecil. Secara luar biasa, pasukan Athena berhasil memenangkan pertempuran yang
menentukan di Marathon pada 490 SM. Sepuluh tahun kemudian, Xerxes, putra
Darius, berniat membalas kekalahan ayahnya. Xerxes memimpin pasukan besar
menuju Yunani. Pada 480 SM, raja Sparta
(Leonidas) bersama sekelompok prajurit menahan pasukan Persia di celah sempit Thermopilai, di Thessali,
selama tiga hari, sebelum akhirnya pasukan Sparta pun dikalahkan. Ini memberi waktu bagi
Athena untuk mengevakuasi rakyatnya sehingga rakyat Athena bisa menyelamatkan
diri ke pulau Salamis
dan Peloponnesos. Persia
memaksa orang Thessali dan Boiotia (termasuk Thebes)
untuk menjadi prajurit Persia.
Kota Athena pada akhirnya dengan mudah ditaklukan namun kota itu sudah kosong karena sebagian besar
penduduknya sudah melarikan diri.
Di bawah pemimpinan jenderal
Themistokles dari Athena, pasukan Athena beserta Sparta dan sekutu mereka berusaha menghadapi
armada Persia di Slamais. Pertempuran laut yang luar biasa, terjadi di Teluk
Saronik, di sana armada Yunani berhasil
menghancurkan dan menenggelamkan banyak sekali kapal Persia. Setelah kalah, Xerxes
membawa sisa-sisa armada lautnya meninggalkan Yunani. Sementara jenderalnya,
bersama sepasukan prajurit, ditinggalkan di Yunani untuk berhadapan dengan
pasukan Yunani di darat. Pasukan Yunani sendiri dipimpin oleh jenderal
Pausanias dari Sparta.
Pada 479 SM, sisa-sisa pasukan Persia
diluluhlantakan di Plataia, dan jenderal terbaik Xerxes, Mardonius, terbunuh
dalam pertempuran.
Kemenangan di Plataia bisa terwujud
berkat keberanian, kedisiplinan, dan kehebatan prajurit Yunani, selain juga
berkat hoplite (infantri berat) Yunani dan taktik falanga mereka.
Rakyat Athena
kembali ke kota Athena dan mulai membangun kembali kota mereka. Mereka
mengembangkan armada laut yang tangguuh, dan mendirikan Liga Delos. Dalam
perkumpulan ini, sebagian besar anggotanya, yang merupakan kota-kota di
pulau-pulau Aigea, harus mengumpulkan uang atau kapal perang. Pada awalnya, ini
merupakan cara Athena untuk menyerang kekaisaran Persia, namun strategi mereka
berubah. Harta hasil sumbangan anggota-anggota Liga Delos awalnya disimpan di
pulau Delos. namun setelah Perikles, jenderal dan pemimpin Athena, berkuasa,
dia memindahkan semua harta itu ke kota Athena. Dengan semua kekayaan itu,
Athena menjadi kekuatan maritim terbesar di Yunani. Setelah itu,
Athena membubarkan Liga Delos dan mendirikan Kekaisaran Athena.
Dengan kekayaan
itu pula, kota Athena menjadi semakin berkembang pada pertengahan abad kelima
SM. Arsitektur dan seni mencapai level yang lebih tinggi ketika Perikles
membangun kuil Parthenon di Akropolis untuk memuja dewi penjaga mereka, dewi
Athena. Selain sebagai pusat kekayaan dan kekuatan, Athena juga menjadi pusat
ilmu pengetahuan. Berbagai bidang keilmuan berkembang pesat, misalnya
pengobatan, ilmu pasti, filsafat, dan sastra. Muncul banyak cendekiawan di
Athena: Fidias dalam bidang seni, Iktinos dan Kallikrates dalam bidang
arsitektur, Sofokles dan Euripides adalah penulis drama tragedi yang sangat
terkenal, sedangkan Aristofanes menulis drama komedi. Dalam filsafat, Sofokles
mengajari orang-orang melalui pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berpikir.
Karena merasa
sangat kuat, Athena pun menjadi arogan. Athena menyerang kota Korintus dan
Thebes, yang merupakan sekutu Sparta. Akibatnya Sparta pun terlibat dalam
konflik ini dan terjadilah perang Athena-Sparta, yang disebut Perang
Perloponnesos (431-404 SM). Athena memperoleh beberapa kemenangan kecil, namun
Athena kehilangan banyak orang penting, termasuk Perikles, yang mati oleh wabah
ketika kota Athena dikepung.
Athens mulai lemah, terutama setelah
mereka kalah dalam pertempuran di Trakia (423 SM), dan dalam pengepungan
Sirakos (414-413 BC). Athena kehilangan sebagian besar armada lautnya pada
pertempuran di Notion (406 SM) dan Aigospotami (405 SM), pada saat itu Sparta dipimpin oleh
jenderal Lisander. Biasanya Sparta lemah dalam hal pertempuran laut, tapi kali
ini Sparta dibantu oleh Kekaisaran Persia. Athena
akhirnya dikepung dan terpaksa menyerah pada 404 SM.
Pada abad keempat SM, Sparta menjadi kekuasaan terkuat di Yunani
setelah Athena menyerah. Pada awalnya, Sparta
berniat menginvasi Kekaisaran Persia.
Tetapi, Sparta kemudian mencoba memasukkan
orang-orang Sparta ke dalam tampuk kekuasaan di
kota-kota sekutunya, Korintus dan Thebes.
Akibatnya, Sparta
melakukan kesalahan yang dulu dilakukan Athena. Sparta
pun akhirnya dikalahkan oleh Thebes
pada pertempuran dI Liuktra (371 SM) dan Mantinia (362 SM), melalui
kepemimpinan jenderal Epaminondas, meskipun dia meninggal pada pertempuran
Mantinia.
Tanpa Epaminondas, supremasi Thebes hanya berlangsung
sebentar. Sementara itu, dengan mengadapatsi taktik Epaminondas, Philip II dari
Makedonia berhasil menaklukan Yunani. Philip menguasai Yunani setelah menang
dalam serangkaian pertempuran melawan daerah-daerah di sekitarnya (kota-kota
Trakia dan Thessali), kemudian Philip mengalahkan daerah Yunani yang lainnya,
yang berujung pada Pertempuran Khaironia (338 SM).
Abad keempat SM ditandai dengan
munculnya Plato dan Aristoteles, namun hanya sedikit tulisan mengenai mitologi
yang dibuat pada masa ini.