Sabtu, 09 Maret 2013

Irfan Paturohman-Mahasiswa Universitas Galuh














»»  Lihat Selengkapnya

Zaman Renaissance



Zaman Renaisans adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani.
Zaman renaissance ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme. Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan  berfikir, maka humanisme  menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan dunia. Jadi ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme lepas dari Agama (tidak mau di atur oleh agama), empirisme (zaman kebebasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan) dan rasionalisme (kebebasan dalam mengembangkan fikiran).[3]
Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai suatu gerakan kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-ide baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang penuh hiasan.
Menurut Prancis Michel De Certeau renaissance muncul karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual dengan cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan, khotbah-khotbah bertarget dengan menggunakan citra-citra dan teladan-teladan dan sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya sistem stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi fokus pada kemajuan diri sendiri. Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.[4]
2.2 Tokoh-tokoh Zaman Renaissance
Setiap gerakan baik besar atau kecil akan menghasilkan tokoh-tokoh yang tidak akan lepas dari sejarah pergerakan tersebut. Begitu pula renaissance, gerakan yang mampu mengubah cara berfikir eropa menjadi lebih maju dan modern juga mempunyai tokoh yang harus kita ketahui bersama. Pada zaman renaissance terdapat tokoh di berbagai bidang, baik itu di bidang seni dan budaya, ilmu pengetahuan, penjelajahan, ataupun di bidang filsafat. Diantara tokoh-tokoh tersebut adalah:
   1.  Niccollo Machiavelly
Machiavelly lahir pada tahun 1469 di Florence, meninggal dunia tahun 1527 pada umur 58 tahun, ayahnya adalah seorang ahli hukum, tergolong anggota keluarga terkemuka tetapi tidak begitu berada.  Machiavelly  hidup pada saat puncak kejayaan renaisaans di Italia, dan pada saat itu italia masih terbagi-bagi dalam negara-negara kecil, berbeda dengan negara yang bersatu seperti Prancis, Spanyol atau Inggris. Karena itu tidak mengherankan jika pada masa ini Italia lemah secara militer  meskipun briliant dalam segi kultur.
Di kala Michiavelly muda, Florence diperintah oleh penguasa Medicine yang mashur, Lorenzo. Setelah Lorenzo meninggal dunia tahiun 1492, beberapa tahun kemudian penguasa Medicini diusir dari Florence. Florence menjadi Republik (Republic Forentine). Pada tahun 1498, Machiavelli yang berumur dua puluh sembilan tahun, memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun setelah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam berbagai misi diplomasi atas namanya, melakukan perjalanan ke prancis, jerman, dan di dalam negeri italia.
Tahun 1512, Repuplik Forentine digulingkan dan penguasa Medicine kembali memegang tampuk kekuasaan, Machiavelly di pecat dari posisinya, dan di tahun berikutnya dia ditahan atas tuduhan terlibat dalam komplotan melawan penguasa Medicine. Meski disiksa ia tetap bertahan menyatakan tidak bersalah dan akhirnya di bebaskan pada tahun itu juga. Sesudah itu ia pensiun dan berdiam  di sebuah perkebunan kecil di San Casiano, tidak jauh dari Florence. Semasa hidupnya, Machiavelly menulis beberapa buku, yaitu;
   1. The prince(sang pangeran), karya paling monumental di tulis pada tahun 1513
   2. The discources upon the first ten books of  titus livius (pembicaraan terhadap            sepuluh buku pertama tius livius).
      3. The art of war (seni berperang) dan lain lain.[5]
   2. Lorenzo Valla  (1405-1457)
Lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli hukum. Salah satu ungkapannya yang sangat terkenal adalah Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan adalah jalan menuju kebajikan tertinggi, kehormatan tertinggi dan pahala tertinggi. Hasil karyanya antara lain adalah De volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya pada etika Stoisisme yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese) dalam rangka mendapatkan keselamatan jiwa.
Buku yang berjudul De Libero erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada kebesaran dan keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif manusia dalam sejarahnya. Judul buku De falso credita et ementita Constantini donation declamation berisi tentang donasi hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar Constantinus sebenarnya palsu sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan gaya bahasa abad ke-4 melainkan abad ke-8.[6]
   3. Dante Alighiere (1265-1321)
Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, berasala dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze, ingin negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang otoritas moral Kepausan yang dinilai tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya dia tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang berisi tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan) yang otoriter. Hasil karya Dante antara lain adalah La Vita Nuova (The New Life) berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika dia berada dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka), purgatoria (pembersih jiwa), dan paradiso (surga).

   4. Francesco Petrarca (1304-1374)
Lahir pada 20 Juli 1304 M di Tuscan. Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke Universitas Bologna. Namun, ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia seorang humanis yang mengagumi hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu ungkapannya pada alam dituangkan dalam karya lukis yang diberi nama Ikar.[7]
   5. Boccacio (1313-1375)
Giovani Boccacio lahir di Certaldo, Italia tahun 1313 dari seorang pedangang yang berasal dari Firenze. Hasil karyanya antara lain cerita epos seperti Thebaid atau Aenid, prosa seperti Ameto, puisi seperti Amoroso Visione dan Ninfale Fiesolan. Puncak karyanya Decamerome, karya sastra lainnya De genealogis deorum gentilium (On The Genealogy of God) yang tersusun dalam 15 jilid.[8]
   6.  Michelangelo
Michelangelo Buonarroti Simoni Lodovico di (6 Maret 1475 -18 Februari 1564), umumnya dikenal sebagai Michelangelo, adalah seorang Italia Renaisans pelukis, pematung, arsitek, penyair, dan insinyur yang diberikan pengaruh yang tak tertandingi pada perkembangan seni Barat. Michelangelo dianggap sebagai seniman terbesar dalam hidupnya, dan sejak itu ia telah dianggap salah satu seniman terbesar sepanjang masa. Sejumlah karya-karyanya baik di dalam bidang lukisan, patung, dan arsitektur masuk dalam peringkat paling terkenal dalam keberadaan. Dua karya yang paling terkenal yang pernah ia kerjakan adalah  Pieta dan David , yang diukir sebelum ia menginjak usia tiga puluh tahun. Karya lainnya adalah adegan dari kitab Kejadian pada langit-langit dan Penghakiman Terakhir di dinding altar Kapel Sistina di Roma. Dan masih banyak lagi karya-karyanya dalam bidang seni.[9]
   7.  Perugino
Ia lahir Pietro Vannucci di Città della Pieve , Umbria , putra dari Cristoforo Vannucci; julukannya sebagai ciri dari Perugia, kota utama Umbria. Meskipun apa yang dinyatakan oleh penulis biografi Giorgio Vasari, yang menyebutkan bahwa Vannucci adalah salah satu orang terkaya di kota itu. Dia paling mungkin mulai belajar melukis di Perugia, dalam lokakarya lokal seperti orang-orang dari Bartolomeo Caporali atau Fiorenzo di Lorenzo.
Perugino adalah salah satu praktisi awal Italia lukisan cat minyak. Beberapa karya karyanya yang terkenal adalah Tondo (gambar lingkaran) di Musée du Louvre dari Perawan dan Anak Bertahta antara Orang Suci.[10]
   8.  Raphael
Raffaello Sanzio da Urbino (April 6 atau 28 Maret 1483 – April 6, 1520 [3] ), lebih dikenal hanya sebagai Raphael, adalah seorang pelukis dan arsitek dari High Renaissance. Karyanya yang dikagumi karena kejelasan bentuk dan kemudahan komposisi dan untuk pencapaian visualnya dari Neoplatonisme ideal keagungan manusia. Bersama dengan Michelangelo dan Leonardo da Vinci, ia membentuk trinitas tradisional guru besar pada masa itu. Raphael sangat produktif, menjalankan lokakarya yang luar biasa besar, dan meskipun kematiannya pada usia 37 tahun, dia telah menghasilakan karya-karya yang fenomenal. Banyak dari karya-karyanya yang ditemukan di Istana Apostolik di Vatikan, Karya yang dikenal terbaik adalah Sekolah Athena di Vatikan Stanza della Segnatura.[11]
   9.  Sandro Botticelli
Alessandro di Mariano di Vanni Filipepi, lebih dikenal sebagai Sandro Botticelli (1445 -17 Mei 1510) adalah seorang pelukis Italia dari awal Renaissance. Dia berasal dari sekolah Florence di bawah perlindungan Lorenzo de ‘Medici, sebuah gerakan yang Giorgio Vasari akan mencirikan kurang dari seratus tahun kemudian sebagai ” zaman keemasan “, pikiran, cukup sesuai, ia menyatakan di kepala Vita- nya Botticelli. Reputasi  Botticelli bertahan  sampai akhir abad 19, sejak saat itu karyanya telah dilihat untuk mewakili rahmat linear lukisan Renaisans Awal. Di antara karya terbaik yang terkenal adalah Kelahiran Venus dan Primavera.[12]
   10.Tiziano Vecelli
Tiziano Vecellio Tiziano Vecelli atau (1488/1490-27 Agustus 1576) lebih dikenal sebagai Titian adalah seorang pelukis Italia, anggota paling penting dari abad ke-16 sekolah Venesia . Dia lahir di Pieve di Cadore , dekat Belluno (dalam Veneto), di Republik Venesia. Selama hidupnya dia sering disebut da Cadore, diambil dari tempat kelahirannya.
Diakui  sebagai “The Sun tengah Bintang Kecil” (mengingat baris terakhir terkenal Dante Paradiso ), Titian adalah salah satu pelukis serba bias di Italia. Dia sanagt trerkenal dengan olah warna yang tanpa celah. Memnag banayak yang mengatakan bahwa hasil lukisannya tidak sefenomenal Rafael ataupun Leonardo da Vinci, akan tetapi olah warna dan goresan kuas yang dihasilkannya diakui oleh dunia dan nyaris tanpa celah.[13]
   1. 1.      Desiderius Erasmus
Desiderius Erasmus Roterodamus (atau Desiderius Erasmus dari Rotterdam) (Gouda, 27 Oktober 1466–Basel, Swiss, 12 Juli 1536) adalah seorang filsuf, humanis dan ahli teologi Belanda.
Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia memulai pendidikan di salah satu sekolah Latin di Utrecht lalu melanjutkannya di Deventer di bawah asuhan Persaudaraan Kehidupan Bersama (The Brethrehn Common Life). Di sini Erasmus dikenal karena kecakapannya yang luar biasa. Ayahnya adalah seorang imam. Eramus sempat masuk ke biara Augustinus karena dipaksa oleh walinya setelah ibunya meninggal dunia. Selama lima tahun dari 1486 hingga 1491, Erasmus tinggal di biara itu.
Dan salah satu kata-kata dari Desiderus Eramus yang tekenal adalah “Jadi, tampaknya seni yang paling di berkahi adalah  seni yang paling dekat dengan kebodohan, dan orang-orang yang paling bahagia adalah yang mempu menghindari kontak dengan seni dan ilmu sekaligus, cukup mengikuti alam, yang tidak pernah mengecewakan mereka, kecuali jika mereka berusaha melampaui batas sifat manusiawi mereka”.[14]
Karya-karya :
   1. Enchiridion Militis Christian (Handbook of the Christian Soldier) tahun 1503.
   2. Novum Instrumentum Omne (1516). Ini adalah Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani beserta terjemahan dalam bahasa Latin.
   3. De libero arbitrio diatribe sive collatio (Kebebasan Kehendak) tahun 1524.
Pada masa renaissance ini juga berkembang bentuk pemikiran manusia yang baru, yang sama sekali terlepas dengan gereja. Diantara pemahaman itu adalah humanisme, rasionalisme, empirisme, dan materialisme.
1. Humanisme
Zaman renaissance ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme. Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada abad pertengahan itu manusia di anggap kurang di hargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan  berfikir, maka humanisme  menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan dunia,[15]
2. Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan di peroleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu adalah kaidah kaidah logis atau kaidah kaidah logika.
Rasonalisme ada dua macam, dalam bidang agama dan filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme
Rasionalisme dalam bidang agama adalah kemampuannya untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang atau bersumber dari penemuan akal.
3. Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal, istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria  yang berarti coba-coba atau pengalaman.[16]
Empirisme sebagaai lawan rasionalisme berpendapat bahwa pengetaahuan diperoleh dari pengalaman dengaan cara observasi/penginderaan baik pengalamaan lahiriyah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi manusia. Pengalaman merupakan faktor fundamental, dan ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia.[17]
4. Materialisme
Paham ini di pelopori oleh LAMETTRIE (1709-1751). Bagi dia manusia tak lain dari mesin begitu pula halnya dengan binatang, sehingga tak ada bedanya antara manusia dengan binatang. Ia mengingkari prinsip hidup pada umumnya. Ia mencoba membuktikan, bahwa bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tak mungkin ada, jantung katak yang dikeluarkaan dari tubuh katak masih berdenyut beberapa detik (hidup kata Lamettrie), sedangkan tak mungkin ada katak, jika tak  ada badannya! Demikianlah nyata benar, menurut Lamettrie bahwa prinsip hidup  itu tak ada dan tentu tak ada prinsip hidup yang rohani.[18]
2.3 Dampak Renaissance
Sumbangan Renaissance Kepada Eropa:
Kemunculan aliran pemikiran yang mementingkan kebebasan akal seperti aliran baru Eropa hingga abad ke 18 seperti humanisme, rasionalisme, nasionalisme dan absolutisme berani mempersoalkan kepercayaan dan cara pemikiran lama yang diamalkan selama ini secara langsung melemahkan kekuasaan golongan gereja.
Itali telah menjadi pusat ilmu yang terkenal di Eropa pada abad ke 15. Hal ini terjadi ketika Kota Konstantinopel yang dikuasai oleh orang Islam jatuh ke tangan orang barat pada tahun 1453. Keadaan ini telah menyebabkan ramainya para ilmuan Islam berhijrah ke pusat-pusat perdagangan di Itali. Dan hal ini menyebabkan Itali menjadi pusat intelektual terkenal di Eropa pada masa itu.
Renaissance telah membentuk masyarakat perdagangan yang berdaya maju. Keadaan ini telah melemahkan kedudukan dan kekuasaan golongan gereja yang senantiasa berusaha menyekat perkembangan ilmu dan masyarakat di Eropa.
Melahirkan tokoh-tokoh pemikir seperti Leonardo de Vinci yang terkenal sebagi pelukis, pemusik dan ahli falsafah serta jurutera. Michelangelo merupakan tokoh seni, arkitek, jurutera, penyair dan ahli anotomi. Melahirkan ahli-ahli sains terkenal seperti Copernicus dan Galileo. Melahirkan ahli matematika seperti Tartaglia dan Cardan yang berusaha menghuraikan persamaan ganda tiga. Tartaglia orang pertama yang menggunakan konsep matematika dalam ketenteraan yaitu mengukur tembakan peluru mariam. Cardan terlibat dalam penghasilan ilmu algebra.
Selain itu, Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh perubahan di Eropa. Antara lain tokoh perubahan terkenal itu adalah William Harvey yang telah memberi sumbangan dalam kajian peredaran darah. Renaissance telah melahirkan masyarakat yang lebih progresif dan wujud semangat mandiri sehingga membawa kepada aktivitis penjelajahan dan kemajuan. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dampak dari renaissance bagi perkembangan peradaban barat adalah sebagi berikut:
   1. Tumbuhnya kebebasan, kemerdekaan, dan kemandirian individu.
   2. Berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
   3. Munculnya faham pemikiran baru seperti humanisme, rasionalisme, empirisme, dan  materealisme.
   4. Runtuhnya dominasi gereja.
   5. Menguatnya kedudukan kaum bourgeois[20] sehingga mereka tumbuh menjadi kelas penguasa.
   6. Mendorong pencarian daerah baru sehingga berkobarlah era penjelajahan samudera.
»»  Lihat Selengkapnya

Kongres Wina 1814-1815



Konggres Wina adalah sebuah pertemuan antara para wakil dari kekuatan-kekuatan besar di Eropa. Pertemuan ini dipimpin oleh negarawan Austria, Klemens Wenzel von Metternich dan diadakan di Wina, Austria dari 1 September 1814 hingga 9 Juni 1815. Tujuannya adalah untuk menentukan kembali peta politik di Eropa setelah kekalahan Perancis hingga berakhirnya kekuasaan Napoleon pada musim semi sebelumnya.
Perbicangan dalam konggres ini tetap berlanjut meskipun Napoleon Bonaparte, mantan Kaisar Perancis kembali dari pengasingan dan melanjutkan kekuasaan di Perancis pada Maret 1815. Pasal Terakhir Kongres ditandatangani sembilan hari sebelum kekalahan terakhir Napoleon pada Pertempuran Waterloo. Secara teknis, "Konggres Wina" sebanrnya tidak pernah dilaksanakan, karena Kongres tersebut tidak pernah bersidang dalam sesi pleno, namun hanya berbincang dalam sesi-sesi informal yang dihadiri perwakilan dari para kekuatan besar Eropa.
Beberapa pemimpin dan wakil Negara Eropa yang hadir dalam Konggres Wina:
1. Pangeran Matternich (Austria)
2. Viscount Castlereagh (Britania Raya)
3. Tsar Alexander I (Rusia)
4. Charles Maurice de Talleyrand-Perigord (Perancis)

A.    Peta Politik Eropa Sebelum Berlangsungnya Kongres Wina
 Pada bulan Maret 1814, tentara Prancis dan Napoleon menyerah kepada pihak sekutu. Walaupun Napoleon telah menyerah dan berada di pengasingan, Revolusi Prancis ternyata membawa dampak yang luas bagi struktur social masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa menjadi masyarakat yang terrtib secara social, ikatan lama seperti feodalisme, gerejani, dan system politik telah mengalami perubahan. Akan tetapi juga muncul kekhawatiran sebagai dampak dari perang yang terjadi, diantaranya adalah seberapa lama ketertiban social yang ada mampu bertahan.

Selain itu, sebagai dampak dari perang, mengakibatkan berubahnya peta politik di Eropa. Oleh karena itu pelaksanaan kongres wina lebih dinaksudjan untuk menyusun kembali pembangunan Eropa seperti sebelum dilanda perang koalisi.
Sebelum berlangsungnya konggres wina, Negara – Negara pemenang perang koalisi seperti Inggris, Austria, Rusia, dan Prusia mengadakan suatu pertemuaan di Chaumont yang di pelopori oleh menteri luar negeri Inggris Lord Castlereagh pada 1 maret 1814. Perjanjian Chaumont berhasil ditandatangani dan disepakati berlangsung selama 20 tahun. Isi perjanjian Chaumont yaitu sebagai berikut :
1. Jaminan kemerdekaan Negara Swiss
2. Penambahan wilayah bagi Negara Belanda
3. Membentuk konfederasi Negara-negara Jerman di bawah pimpinan Austria
4. Pembagiaan Italia
      Hasil perjanjian Chaumont ini diperkuat oleh perjanjian Paris 1 Mei 1814, yaitu suatu perjanjian perdamaiaan yang dibuat 4 Negara besar ditambah Spanyol, Portugal, Swedia, dan Perancis.

B.     Pelaksanaan Kongres Wina
Kongres Wina berlangsung di Wina, Austria dari 1 September 1814 hingga 9 Juni 1815. Dalam konggres wina banyak permasalahan yang dibahas, akan tetapi masalah Saksen Polandia adalah masalah yang hangat dibicarakan. Seperti diketahui bahwa Polandia adalah daerah yang sangat strategis bagi Rusia. Tsar Alexander I lalu membujuk Prusia untuk mendukung agar wilayah Polandia diakui sebagai wilayah Rusia, akan tetapi Matternich dan Castlereagh tidak setuju dengan hal tersebut.
Pada saat genting tersebut, Perancis yang diwakili oleh Talleyrand menawarkan kesediaannya untuk mendukung Austria-Inggris. Tampilnya Perancis sebagai sekutu Austria-Inggris mengurungkan niat Rusia untuk memiliki Polandia. Kemudian sebagai imbalan atas bantuan yang diberikannya pada saat-saat genting tersebut, Perancis diterima untuk duduk bersama sebagai salah satu Negara besar, dan berhak ikut serta membuat dan merundingkan keputusan-keputusan penting yang dicapai dalam konggres wina.
Konggres yang berakhir pada bulan Juni 1815, menghasilkan keputusan-keputusan penting yang ditandangani oleh Negara - Negara besar peserta Konggres. Hasil konggres wina adalah sebagai berikut :
1. Russia diperluas wilayahnya dengan 2/5 wilayah kerajaan Saksen, ditambah lagi dengan daerah –  daerah Poses dan Pommerania, sedang dibagian barat wilayahnya bertambah dengan wilayah – wilayah Rheindland dan Westhphalia.
2. Daerah - daerah milik Austria di Belanda Selatan digabungkan dengan kerajaan Belanda dengan maksud agar kerajaan Belanda cukup kuat untuk kemungkinan menahan ekspansi Perancis ke utara.
3. Austria tetap memiki wilayah Gacilia, dan memperoleh daerah Lombardia serta Venesia di Italia Utara. Kota Cracow (Polandia) dijadikan kota merdeka atau free city.
4. Suatu kondeferasi – konfederasi negara Jerman dibentuk dengan Austria sebagai ketuanya. Konfederasi ini beranggotakan 39 negara.
5. Wilayah – wilayah kerajaan gereja diserahkan kembali kepada Paus; sedangkan wilayah Toscana, Odena dan Parmaditempatkan dibawah pemerintahan keluarga – keluarga Habsburg (Austria). Kerajaan Sardinia diperluas wilayahnya.
6. Inggris berhasil memperoleh jaminan dari negara – negara besar, bahwa mereka akan menghapuskan perdagangan budak; dan jaminan pembukaan sungai – sungai tertentu untuk kepentingan lalu lintas perdagangan. Di samping itu diperolehnya keuntungan – keuntungan teritorial di daerah seberang lautan terutama di Asia.

C.    Hasil - Hasil Dari Kongres Wina
Demikian keputusan-keputusan penting diambil dalam Kongres Wina suatu rangkaian keputusan penting, yang pernah diambil antara Konfrensi perdamaiaan. ( Di antara para ahli sejarah sering terdengar pendapat, bahwa keputusan Kongres Wina itu berbau Reaksioner, hanya menguntungkan pihak-pihak yang berkuasa dan menutup ide dan paham-paham Revolusioner namun perlu diinggat bahwa para diplomatik yang berkumpul di Wina pada saat itu berada dalam keadaan yang sulit disebabkan pleh situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan.
            Konggres Wina merupakan suatu perjanjian damai yang muncul sebagai dampak bergulirnya Revolusi Perancis. Walaupun Konggres Wina dianggap bukan sebagai suatu Konggres dalam arti sebenarnya akan tetapi dari Konggres ini dihasilkan beberapa keputusan penting untuk membangun kembali Eropa seperti sebelumnya terjadinya perang koalisi. Para diplomat dan para Raja yang berkumpul di Wina tahun 1814 dan 1815, kebanyakan mereka berfikir bahwa mereka telah berhasil menghentikan gerakan revolusioner dan ambisi imperialis Napoleon yang melanda Eropa.

D.    Pemberontakan Terhadap Kongres Wina

Keputusan kongres Wina yang sewenang-wenang dalam membagi-bagi wilayah untuk negara lain mendapat protes keras dari rakyat negara yang bersangkutan maka timbulah peregolakan terhadap ketidakpuasan atas sikap raja-raja yang sewenang-wenang maka munculah beberapa gerakan rakyat yang terdiri atas:
1.         Revolusi Juli 1830 di Perancis
Menentang kesewenang-wenangan kekuasaan raja Charles X. Revolusi ini menimbulkan beberapa pergolakan seperti:
1. Perang kemerdekaan Belgia 1830-1831
2. Pembrontakan Polandia 1830-1831.
3. Tuntutan rakyat Inggris terhadap perubahan soial dan politik (Reforbill 1832).
4. Tuntutan untuk menghapuskan perbudakan di Inggris (1833).
5. Munculnya pemerintahan Liberal (kebeasan individu) di Inggris.                               
2.         Revolusi Februari 1848 di Perancis
Menentang kesewenang-wenangan raja Louise Phillip dan tuntutan rakyat Jerman untuk melakukan perubahan sistem pemerintahan menjadi Liberal dan Demokratis. Revolusi ini menimbulkan beberapa pergolakan seperti:
-             Pemberontakan untuk menjatuhkan Pangeran Matternich dari Austria.
-             Pemberontakan Lombardy, Venetia, Bohemia, dan Hongaria terhadap Austria.
-             Gerakan buruh (Chartism) di Inggris.
Revolusi tersebut mampu membuat beberapa perubahan pada tatanan wilayah Eropa yaitu:
1. Kedua revolusi tersebut mampu membuat Concert Of Europe (yaitu sebuah organisasi 4 negara: Austria, Inggris, rusia, dan Prusia  yang melaksanakan konferensi untuk membahas dan mengatasi permaslahan-permasalahan wilayah Eropa) terpecah menjadi dua kubu yaitu Liberal (Inggris dan Perancis) berusaha mengadakan upaya perubahahan terhadap hasil kongres Wina dan kubu Konversativ (Austria, Rusia, dan Prusia) berusaha mempertahankan hasil keputusan kongres Wina.
2. Pada peta wilayah Eropa terjadi beberapa perubahan yang disesuaikan dengan pembagian kekuasaan politik yang baru merubah perbatasan dan menghasilkan dua negara baru yaitu Belanda dan Prusia. Tahun 1816 Menetapkan desa Morestnest kepada belanda dan Neu Morestnest kepada Prusia dimana kedua wilayah tersebut memiliki tambang seng yang berharga serta menjadikan desa  Kelmis sebagai kawasan Netral.

E.     Perkembangan Setelah Kongres Wina

Perkembangan Kodifikasi Hukum Diplomatik Dalam pergaulan masyarakat, negara sudah mengenal semacam misi-misi konsuler dan diplomatik dalam arti yang sangat umum seperti yang dikenal sekarang pada abad ke-16 dan ke-17, dan penggolongan Kepala Perwakilan Diplomatik telah ditetapkan dalam Kongres Wina 1815 sebagai berikut :
1. Duta-duta besar dan para utusan (ambassadors and legate)
2. Minister plenipoteniary dan envoys extraordinaryKuasa Usaha (charge d’ affaires)
Dan setelah PBB didirikan pada tahun 1945, dua tahun kemudian telah dibentuk Komisi Hukum Internasional. Setelah tiga puluh tahun (1949-1979), komisi telah menangani 27 topik dan subtopik hukum internasional, 7 diantaranya adakah menyangkut hukum diplomatik, yaitu :
•  Pergaulan dan kekebalan diplomatik
•  Pergaulan dan kekebalan konsuler.
•  Misi-misi khusus
•  Hubungan antara negara bagian dan organisasi internasional
•  Masalah perlindungan dan tidak diganggu gugatnya pejabat diplomatik dan orang lain yang    memperoleh   perlindungan khusus menurut hukum internasional.
•  Status kurir diplomatik dan kantong diplomatik yang diikutsertakan pada kurir diplomatik.
•           Hubungan antara negara dengan organisasi internasional
»»  Lihat Selengkapnya

Cara Belajar Sejarah




Belajar sejarah merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon.
Oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Dengan adanya konsep-konsep belajar khususnya belajar sejarah,bisa digunakan untuk metode ini sehingga pembelajaran sejarah mempunyai keunikan sendiri dalam cara belajar nya,karena pembelajaran sejarah itu sangat penting dipelajari.cara belajar pun harus di identifikasi terlebih dahulu sebelum diaplikasikan kepada pembelajaran,sehingga jika identifikasi itu sesuai dengan kurikulum ,belajar pun bisa mencapai target yang dihasilkan.dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,pembelajaran sejarah patut di sesuaikan dengan metode yang sudah ada.

A.    Pengertian

       Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap. 
Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan, dimana terdapat juga proses memilih, menetapkan, mengembangkan metode yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
      Sedangkan Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Terkait dengan pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.
       Mata pelajaran Sejarah telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari mata pelajaran IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

B.     Macam-macam Teori Belajar
Banyak teori belajar yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran. Ada 3 pandangan psikologi utama tentang teori belajar, yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik.
Teori belajar Behavioristik  Teori belajar ini pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang di nginkan. Perilaku yang di nginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah ,tetapi instruksi singkat yang di kuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
 Teori belajar Kognitif  .Menurut teori ini,proses belajar akan belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi (berkesinambungan)secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses pembelajaran ini bejalan tidak sepotong – sepotong atau terpisah – pisah melainkan bersambung sambung dan menyeluruh.  Teori belajar kognitif ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamanya.
               Teori belajar Humanstik  .Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Teori belajar Konstruktivistik. Menurut teori ini permasalahan dimunculkan dari pancingan internal, permasalahan muncul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa. Teori ini sangat dipercaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah,menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya ,menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh.
Teori belajar Gestalt , Menurut pandangan teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1.              Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
2.              Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
3.              Memandu guru untuk mengelola kelas
4.             Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
5.              Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
6.             Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.

C.    Prinsip dasar Pembelajaran
A. Pengertian
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.


Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran.

B. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran

1. Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.

2. Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu :
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi.
b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu terjadi.
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dapat diciptakan.
j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

3. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu.
Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.

4. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah:
a. Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
c. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
d. Memberikan tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1) siswa harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran, (2) siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugas-tugas.

5. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.

6. Prinsip Tantangan
Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
4) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
6) Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.

7. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar
Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan, yaitu:
a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik.
c. Menimbulkan perhatian peserta didik.
d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang mendukung belajar.

8. Prinsip Perbedaan Individual
Implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
1) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka butuhklan.
2) Para siswa harus terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat, tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
4) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang lain.
5) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
6) Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.




D.    Identifikasi Kekhasan Pengajaran Sejarah
kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang artinya pohon. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks atau ke tingkat yang lebih maju dan maka dari itu sejarah di umpamakan menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus berkembang dari akar sampai ranting yang paling kecil yang kemudian bisa diartikan silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh, mitos dan legenda. Dalam bahasa Inggris kata sejarah(history) berarti masa lampau umat manusia, dalam bahasa Jerman kata sejarah (geschichte) berarti sesuatu yang telah terjadi, sedangkan dalam bahasa Latin dan Yunani kata sejarah (histor atau istor) berarti orang pandai. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian sejarah pun mengalami perkembangan.
Menurut Dr. Kuntowijoyo sejarah dapat diartikan dua macam :

A. SEJARAH DALAM ARTI NEGATIF
1. Sejarah itu bukan mitos
Meskipun sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos. Mitos menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan kejadiannya tidak masuk akal di masa sekarang contohnya dari jawa ada mitos tentang Raja dewatasangkar pemakan manusia yang dikalahkan oleh Ajisaka, sedangkan dalam sejarah semua peristiwa secara tepat diceritaka waktu dan tempat terjadinya.
2. Sejarah bukan filsafat
Sejarah mempelajari sesuatu yang konkret, sedangkan filsafat itu abstrak dan spekulatif, dalam arti hanya berkaitan dengan pikiran umum.
3. Sejarah bukan ilmu alam
Sejarah menuliskan sesuatu yang khas atau unik, sedangkan ilmu alam menuliskan sesuatu yang umum.
4. Sejarah itu bukan sastra
Perbedaan sejarah dengan sastra ada 4 hal yaitu cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan, dan kesimpulan.



B. SEJARAH DALAM ARTI POSITIF
1. Sejarah adalah ilmu tentang manusia
 Karena yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan cerita masa lalu manusia secara keseluruhan.

2. Sejarah adalah ilmu tentang waktu
Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah ilmu tentang waktu yang mencangkup empat hal yaitu
:
a.              Perkembangan, terjadi bila masyarakat secara terus menuerus bergerak dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks.
b.             Kesinambungan, terjadi bila seuatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama.
c.              Pengulangan, terjadi bila seuatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi di masa sekarang.
d.             Perubahan, terjadi bila masyarakat mengalami pergerakan dan perkembanganyang besar dalam waktu yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh dari luar.

3. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Dalam sejarah yang dipelajari bukan hanya akativitas manusia saja, melainkan aktifitas manusia yang mempunyai makna sosial.

4. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu
Sejarah adalah sejarah tertentu. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya sekali terjadi. Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.






C. PENGERTIAN SEJARAH BERDASARKAN BENTUK DAN SIFATNYA
1. Sejarah sebagai peristiwa
Peristiwa merupakan aktivitas manusia yang hanya sekali terjadi dan hilang bersama dengan lewatnya waktu, yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas lain. Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadi.

2. Sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai kisah adalah peristiwa yang sudah terjadi diungkap kembali melalui tulisan maupun lisan. Peristiwa sejarah yang dimaksud terutama peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum.

3. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu dikarenakan sejarah sebagai pengetahuan. Ilmu pengetahuan sejarah seperti halnya ilmu pengetahuan lainnya mulai berkembang pada abad ke-19. Pengetahuan ini meliputi kondisi-kondisi masa manusia yang hidup pada suatu jenjang sosial tertentu.

Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu adalah

a.              Sejarah itu mempunyai obyek, yaitu aktivitas dan peristiwa di masa lampau.
b.             Sejarah itu mempunyai teori, yaitu memberi penjelasan tentang kapan sesuatu itu terjadi.
c.             Sejarah itu mempunyai metode, yaitu bahwa suatu pernyataan dari peneliti itu harus didukung oleh bukti-bukti sejarah. Proses rekonstruksi sejarah mulai dari heuristic (mencari sumber sejarah), kritik sumber, interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian (historiografi), harus berdasarkan metode. Dengan metode itu rekonstruksi sejarah akan menghasilkan tulisan sejarah ilmiah dan penulisan sejarah tanpa dilandasi oleh metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan populer yang uraiannya bersifat deskriptif naratif dan tidak menunjukkan ciri-ciri karya ilmiah sejarah.



Sejarah bersifat sistematis, yaitu sejarah sebagai kisah ditulis secara sistematis. Hubungan antar bab dengan hubungan antar sub bab pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan menunjukkan hubungan antara stu fakta dengan fakta lain yang bersifat kasalitas (hubungan sebab akibat) karena sejarah merupakan proses.
E.     Cara Belajar Sejarah
        Langkah awal untuk merevitalisasi metode pembelajaran adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya mata pelajaran sejarah diajarkan. Setidaknya, ada lima unsur pembelajaran sejarah yang harus diimplementasikan:

(1) variatif; pembelajaran apapun yang dilakukan jika monoton pasti membuat siswa jenuh, bosan, dan akhirnya kurang berminat. Hal ini terjadi dalam pembelajaran sejarah, karena terkonsentrasi pada penerapan metode ceramah, sehingga kesan yang muncul adalah mata pelajaran sejarah identik dengan metode ceramah, bahkan sebagian besar guru sejarah berasumsi bahwa materi sejarah dapat dipindahkan secara utuh dari kepala guru ke kepala peserta didik dengan metode pembelajaran yang sama.

(2) dari fakta ke analisis; pembelajaran sejarah di berbagai sekolah ternyata lebih menekankan pada fakta sejarah dan hafalan fakta seperti pelaku, tahun kejadian, dan tempat kejadian. Idealnya, pembelajaran sejarah bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga transfer of value, bukan sekadar mengajarkan siswa menjadi cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Karena itu, pembelajaran sejarah bertujuan untuk mengembangkan keilmuan sekaligus berfungsi didaktis, bahwa maksud pengajaran sejarah adalah agar generasi muda yang berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyangnya.
Menurut Mestika Zed siswa tidak cukup dijejali kesibukan kognitif menghafal pengetahuan lewat fakta-fakta yang sudah mati di masa lalu, sebagaimana banyak terjadi selama ini (Kompas, 13 Agustus 2005). Secara tegas Soedjatmoko (1976:15) menggariskan bahwa harus dibuang cara-cara mengajarkan sejarah yang mengutamakan fakta sejarah. Pandangan ini sangat penting diimplementasikan dalam pengajaran sejarah agar tidak terjadi apa yang dikhawatirkan oleh Winamo Surachmad (1978:9), yaitu siswa tidak berhasil tiba pada taraf kemampuan untuk melihat dan berpikir secara historis, tetapi pengetahuan sejarah mereka berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan data, fakta, dan nama-nama orang. Karena itu, pembelajaran sejarah tidak boleh berhenti pada tingkat fakta, tetapi harus sampai pada domain analisis.

(3) terbuka dan dialogis; praktek pembelajaran sejarah yang tertutup dan monoton berpotensi membawa siswa dalam suasana kelas yang kaku, sehingga memunculkan sikap kurang antusias. Karena itu, guru sejarah wajib mendesain pembelajaran yang bersifat terbuka dan dialogis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru sejarah untuk tidak menganggap dirinya sebagai satu-satunya sumber kebenaran di kelas, sebab paradigma teacher centered yang cenderung membuat suasana kelas menjadi tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa sudah harus ditinggalkan kemudian beralih ke student centered.

(4) divergen; sejalan dengan pembelajaran sejarah yang menekankan pada analisis dan dialogis, penerapan prinsip divergen sangat penting agar pembelajaran sejarah terhindar dari kecenderungan yang hanya menyampaikan fakta sejarah. Pembelajaran sejarah bukan hanya 20 + 20 = 40, melainkan juga … (+, x, -, dan …= 40. Artinya, pembelajaran sejarah menghendaki pemecahan suatu masalah dengan memberi peluang kepada siswa untuk menganalisis dan melahirkan banyak gagasan. Dengan demikian tidak cukup sekadar guru menanyakan: “Siapa tokoh proklamator Indonesia?” melainkan harus dikembangkan menjadi: “Mengapa Soekarno – Hatta yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?.”

(5) progresif; pembelajaran sejarah perlu didasarkan pada prinsip progresif. perspektif baru pendidikan sejarah harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Apabila sejarah hendak berfungsi sebagai pendidikan, maka harus dapat memberikan solusi cerdas dan relevan dengan situasi sosial dewasa ini. Penekanan prinsip ini merupakan pengewejantahan mata pelajaran sejarah dengan watak tridimensional.

»»  Lihat Selengkapnya