Belajar sejarah
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini, dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon.
Oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Dengan adanya konsep-konsep belajar khususnya belajar
sejarah,bisa digunakan untuk metode ini sehingga pembelajaran sejarah mempunyai
keunikan sendiri dalam cara belajar nya,karena pembelajaran sejarah itu sangat
penting dipelajari.cara belajar pun harus di identifikasi terlebih dahulu
sebelum diaplikasikan kepada pembelajaran,sehingga jika identifikasi itu sesuai
dengan kurikulum ,belajar pun bisa mencapai target yang dihasilkan.dan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,pembelajaran sejarah patut di sesuaikan
dengan metode yang sudah ada.
A. Pengertian
Pembelajaran merupakan proses yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana
memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan, dimana terdapat juga proses memilih, menetapkan, mengembangkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan, dimana terdapat juga proses memilih, menetapkan, mengembangkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sedangkan Sejarah merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan
masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Terkait
dengan pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa
lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk
melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.
Mata
pelajaran Sejarah telah diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian
integral dari mata pelajaran IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran Sejarah memiliki
arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air.
B. Macam-macam
Teori Belajar
Banyak teori belajar
yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses
pembelajaran. Ada 3 pandangan psikologi utama tentang teori belajar, yaitu
teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar
Humanistik.
Teori belajar
Behavioristik Teori belajar ini pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu
perilaku yang di nginkan. Perilaku yang di nginkan mendapat penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau
penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru
tidak banyak memberikan ceramah ,tetapi instruksi singkat yang di kuti contoh
baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Teori belajar
Kognitif .Menurut teori ini,proses belajar akan
belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi
(berkesinambungan)secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses pembelajaran ini bejalan tidak sepotong – sepotong atau
terpisah – pisah melainkan bersambung sambung dan menyeluruh. Teori
belajar kognitif ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan
siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasi pengalamanya.
Teori belajar Humanstik .Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Teori belajar Humanstik .Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Teori belajar
Konstruktivistik. Menurut teori ini permasalahan
dimunculkan dari pancingan internal, permasalahan muncul dibangun dari
pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa. Teori ini sangat dipercaya
bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah,menyusun sendiri pengetahuannya melalui
kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya ,menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik
dan teori dalam satu bangunan utuh.
Teori belajar
Gestalt , Menurut pandangan teori gestalt
seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat
strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang
sederhana sehungga lebih mudah dipahami.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1.
Membantu guru untuk
memahami bagaimana siswa belajar
2.
Membimbing guru untuk
merancang dan merencanakan proses pembelajaran
3.
Memandu guru untuk
mengelola kelas
4.
Membantu guru untuk
mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah
dicapai
5.
Membantu proses
belajar lebih efektif, efisien dan produktif
6.
Membantu guru dalam
memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil
prestasi yang maksimal.
C. Prinsip dasar
Pembelajaran
A. Pengertian
Agar aktivitas yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi
siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.
Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka
dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran,
yaitu :
1. Hal apapun yang
dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang
dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid
belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur,
terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid
belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi
untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk
kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar
siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang
harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya
dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran.
B. Implikasi
Prinsip-Prinsip Belajar dalam Pembelajaran
1. Prinsip
perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi
merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk
menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian
bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar.
Hamalik (2001),
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian
membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
2. Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses
transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu :
a. Tujuan belajar
dan daya ingat dapat menguat retensi.
b. Bahan yang
bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
c. Retensi
seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu
terjadi.
d. Latihan yang
terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan
bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.
f. Proses belajar
cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil
yang memuaskan.
g. Proses saling
mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari
mengikuti bahan yang lalu.
h. Pengetahuan
tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip
yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i. Transfer hasil
belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi
yang agak sama dapat diciptakan.
j. Tahap akhir
proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang
pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
3. Prinsip
Keaktifan
Keaktifan belajar
ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional
dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir
setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.
Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya
keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah
yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh
suburnya keaktifan itu.
Menurut teori belajar
Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah
informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi.
4. Prinsip Keterlibatan
Langsung
Sejumlah hasil
penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan
belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam penggolongan
pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman belajar mengemukakan
bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui penglaman langsung.
Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat yang langsung
dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip
keterlibatan langsung bagi guru adalah:
a. Mengaktifan
peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b. Menggunakan
media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan
atau eksperimen.
c. Memberi
keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
d. Memberikan
tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi
prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1) siswa harus terdorong aktif untuk
mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran, (2) siswa dituntut
untuk aktif mengerjakan tugas-tugas.
5. Prinsip
Pengulangan
Teori belajar klasik
yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini
adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat,
mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka
daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian
latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
6. Prinsip
Tantangan
Deporter (2000:23)
mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar
jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki peran
di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu
pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya.
Beberapa bentuk kegiatan
berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan
dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan
mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan
tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa
untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
4) Mengembangkan
bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa
menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
6) Merancang dan
mengelola kegiatan diskusi.
7. Prinsip Balikan
dan Penguatan
Prinsip balikan dan
penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang
dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan
salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”.
Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang
baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi
upaya-upaya belajar
Sumantri dan Permana
(1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan,
yaitu:
a. Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang
peserta didik berpikir lebih baik.
c. Menimbulkan
perhatian peserta didik.
d. Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan
dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar.
8. Prinsip
Perbedaan Individual
Implikasi atau penerapan
prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
1) Para siswa harus
dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan untuk
selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhklan.
2) Para siswa harus
terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik
membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat,
tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta
didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa
lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
4) Para siswa harus
dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan
kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang lain.
5) Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak
merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka
memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
6) Para siswa yang
telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki dorongan dan
minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.
D. Identifikasi
Kekhasan Pengajaran Sejarah
kata sejarah berasal dari bahasa Arab
yaitu Syajaratun yang artinya pohon. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya
dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke
tingkat yang lebih kompleks atau ke tingkat yang lebih maju dan maka dari itu
sejarah di umpamakan menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus berkembang
dari akar sampai ranting yang paling kecil yang kemudian bisa diartikan
silsilah. Syajarah dalam arti silsilah berkaitan dengan babad, tarikh, mitos
dan legenda. Dalam bahasa Inggris kata sejarah(history) berarti
masa lampau umat manusia, dalam bahasa Jerman kata sejarah (geschichte) berarti
sesuatu yang telah terjadi, sedangkan dalam bahasa Latin dan Yunani kata
sejarah (histor atau istor) berarti orang pandai. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, pengertian sejarah pun mengalami perkembangan.
Menurut Dr. Kuntowijoyo sejarah dapat diartikan dua macam :
A. SEJARAH DALAM ARTI NEGATIF
1. Sejarah itu bukan mitos
Meskipun sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos. Mitos menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan kejadiannya tidak masuk akal di masa sekarang contohnya dari jawa ada mitos tentang Raja dewatasangkar pemakan manusia yang dikalahkan oleh Ajisaka, sedangkan dalam sejarah semua peristiwa secara tepat diceritaka waktu dan tempat terjadinya.
2. Sejarah bukan filsafat
Sejarah mempelajari sesuatu yang konkret, sedangkan filsafat itu abstrak dan spekulatif, dalam arti hanya berkaitan dengan pikiran umum.
3. Sejarah bukan ilmu alam
Sejarah menuliskan sesuatu yang khas atau unik, sedangkan ilmu alam menuliskan sesuatu yang umum.
4. Sejarah itu bukan sastra
Perbedaan sejarah dengan sastra ada 4 hal yaitu cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan, dan kesimpulan.
B. SEJARAH DALAM ARTI POSITIF
1. Sejarah adalah ilmu tentang manusia
Karena yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan cerita masa lalu manusia secara keseluruhan.
2. Sejarah adalah ilmu tentang waktu
Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah ilmu tentang waktu yang mencangkup empat hal yaitu :
a.
Perkembangan, terjadi bila masyarakat secara terus menuerus bergerak dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang kompleks.
b.
Kesinambungan, terjadi bila seuatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi
lembaga-lembaga lama.
c.
Pengulangan, terjadi bila seuatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi
lagi di masa sekarang.
d.
Perubahan, terjadi bila masyarakat mengalami pergerakan dan perkembanganyang besar
dalam waktu yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh dari luar.
3. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial
Dalam sejarah yang dipelajari bukan hanya akativitas manusia saja, melainkan aktifitas manusia yang mempunyai makna sosial.
4. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu
Sejarah adalah sejarah tertentu. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya sekali terjadi. Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.
C. PENGERTIAN SEJARAH BERDASARKAN BENTUK DAN SIFATNYA
1. Sejarah sebagai peristiwa
Peristiwa merupakan aktivitas manusia yang hanya sekali terjadi dan hilang bersama dengan lewatnya waktu, yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas lain. Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadi.
2. Sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai kisah adalah peristiwa yang sudah terjadi diungkap kembali melalui tulisan maupun lisan. Peristiwa sejarah yang dimaksud terutama peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum.
3. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu dikarenakan sejarah sebagai pengetahuan. Ilmu pengetahuan sejarah seperti halnya ilmu pengetahuan lainnya mulai berkembang pada abad ke-19. Pengetahuan ini meliputi kondisi-kondisi masa manusia yang hidup pada suatu jenjang sosial tertentu.
Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu adalah
a.
Sejarah itu mempunyai
obyek, yaitu aktivitas dan peristiwa di masa
lampau.
b.
Sejarah itu mempunyai
teori, yaitu memberi penjelasan tentang kapan
sesuatu itu terjadi.
c.
Sejarah itu mempunyai
metode, yaitu bahwa suatu pernyataan dari
peneliti itu harus didukung oleh bukti-bukti sejarah. Proses rekonstruksi
sejarah mulai dari heuristic (mencari sumber sejarah), kritik sumber,
interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian (historiografi),
harus berdasarkan metode. Dengan metode itu rekonstruksi sejarah akan
menghasilkan tulisan sejarah ilmiah dan penulisan sejarah tanpa dilandasi oleh
metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan populer yang uraiannya bersifat
deskriptif naratif dan tidak menunjukkan ciri-ciri karya ilmiah sejarah.
Sejarah bersifat
sistematis, yaitu sejarah sebagai kisah ditulis
secara sistematis. Hubungan antar bab dengan hubungan antar sub bab pada setiap
bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan bersifat
diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan menunjukkan
hubungan antara stu fakta dengan fakta lain yang bersifat kasalitas (hubungan
sebab akibat) karena sejarah merupakan proses.
E.
Cara Belajar Sejarah
Langkah awal untuk
merevitalisasi metode pembelajaran adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya
mata pelajaran sejarah diajarkan. Setidaknya, ada lima unsur pembelajaran
sejarah yang harus diimplementasikan:
(1) variatif; pembelajaran apapun yang
dilakukan jika monoton pasti membuat siswa jenuh, bosan, dan akhirnya kurang
berminat. Hal ini terjadi dalam pembelajaran sejarah, karena terkonsentrasi
pada penerapan metode ceramah, sehingga kesan yang muncul adalah mata pelajaran
sejarah identik dengan metode ceramah, bahkan sebagian besar guru sejarah
berasumsi bahwa materi sejarah dapat dipindahkan secara utuh dari kepala guru
ke kepala peserta didik dengan metode pembelajaran yang sama.
(2) dari fakta ke analisis; pembelajaran
sejarah di berbagai sekolah ternyata lebih menekankan pada fakta sejarah dan
hafalan fakta seperti pelaku, tahun kejadian, dan tempat kejadian. Idealnya,
pembelajaran sejarah bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga transfer
of value, bukan sekadar mengajarkan siswa menjadi cerdas tetapi juga berakhlak
mulia. Karena itu, pembelajaran sejarah bertujuan untuk mengembangkan keilmuan
sekaligus berfungsi didaktis, bahwa maksud pengajaran sejarah adalah agar
generasi muda yang berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman
nenek moyangnya.
Menurut Mestika Zed siswa tidak cukup
dijejali kesibukan kognitif menghafal pengetahuan lewat fakta-fakta yang sudah
mati di masa lalu, sebagaimana banyak terjadi selama ini (Kompas, 13 Agustus
2005). Secara tegas Soedjatmoko (1976:15) menggariskan bahwa harus dibuang
cara-cara mengajarkan sejarah yang mengutamakan fakta sejarah. Pandangan ini
sangat penting diimplementasikan dalam pengajaran sejarah agar tidak terjadi
apa yang dikhawatirkan oleh Winamo Surachmad (1978:9), yaitu siswa tidak
berhasil tiba pada taraf kemampuan untuk melihat dan berpikir secara historis,
tetapi pengetahuan sejarah mereka berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan
data, fakta, dan nama-nama orang. Karena itu, pembelajaran sejarah tidak boleh
berhenti pada tingkat fakta, tetapi harus sampai pada domain analisis.
(3) terbuka dan dialogis; praktek
pembelajaran sejarah yang tertutup dan monoton berpotensi membawa siswa dalam
suasana kelas yang kaku, sehingga memunculkan sikap kurang antusias. Karena
itu, guru sejarah wajib mendesain pembelajaran yang bersifat terbuka dan
dialogis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru sejarah untuk tidak
menganggap dirinya sebagai satu-satunya sumber kebenaran di kelas, sebab
paradigma teacher centered yang cenderung membuat suasana kelas menjadi
tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa sudah harus ditinggalkan
kemudian beralih ke student centered.
(4) divergen; sejalan dengan pembelajaran
sejarah yang menekankan pada analisis dan dialogis, penerapan prinsip divergen
sangat penting agar pembelajaran sejarah terhindar dari kecenderungan yang
hanya menyampaikan fakta sejarah. Pembelajaran sejarah bukan hanya 20 + 20 =
40, melainkan juga … (+, x, -, dan …= 40. Artinya, pembelajaran sejarah
menghendaki pemecahan suatu masalah dengan memberi peluang kepada siswa untuk
menganalisis dan melahirkan banyak gagasan. Dengan demikian tidak cukup sekadar
guru menanyakan: “Siapa tokoh proklamator Indonesia?” melainkan harus
dikembangkan menjadi: “Mengapa Soekarno – Hatta yang memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia?.”
(5) progresif; pembelajaran sejarah perlu didasarkan
pada prinsip progresif. perspektif baru pendidikan sejarah harus progresif dan
berwawasan tegas ke masa depan. Apabila sejarah hendak berfungsi sebagai
pendidikan, maka harus dapat memberikan solusi cerdas dan relevan dengan
situasi sosial dewasa ini. Penekanan prinsip ini merupakan pengewejantahan mata
pelajaran sejarah dengan watak tridimensional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar